Mohon tunggu...
Singgih Mahardika Nugroho
Singgih Mahardika Nugroho Mohon Tunggu... Petani - Singgih Mahardika Nugroho

Singgih Mahardika Nugroho

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mahasiswa Brawijaya Ciptakan Alat Pengolah Limbah Batik yang Aplikatif

21 Mei 2016   21:57 Diperbarui: 21 Mei 2016   23:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yang terdiri dari Fidyah Afiyata (THP/2014), Nestya Hariyoko (THP 2014), Zahwa Aisah (THP/2014), Rezita Anggi H.A (THP/2014) dan M. Fajar Ardiansyah (THP/2012) memiliki suatu program penerapan teknologi. Program yang dinamakan AWAST (Automatic Waste Treatment) merupakan rancangan teknologi pengolahan limbah batik secara aplikatif, murah, efektif dan efisien berbasis automatisasi sistem yang didesain seperti lemari. Fokus dari penerapan teknologi ini adalah mengatasi limbah batik pada UKM Batik Blimbing. UKM Batik Blimbing merupakan salah satu UKM yang ikut melestarikan Batik Malang. Namun UKM Batik Blimbing belum menerapan pengolahan limbah batik. Limbah batik yang tidak diolah akan meminbulkan dampak yang buruk pada kesehatan manusia seperti iritasi pada kulit sampai kanker kulit. Limbah batik yang dibuang secara langsung ke lingkungan dapat merusak ekosistem, dari matinya biota air sampai tercemarnya air sungai dan air sumur. Selain itu limbah batik yang diolah, dapat dimanfaatkan lagi sehingga dapat menghemat penggunaan air.Teknologi AWAST menerapkan sistem koagulasi, sedimentasi dan adsorpsi dengan menggunakan prinsip automatisasi sistem. AWAST tersusun dari komponen yang ramah lingkungan dan mudah untuk digunakan sehingga aplikatif diterapkan untuk usaha kecil menengah. “Dengan teknologi AWAST diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam UKM Batik Blimbing dan mampu berkontribusi dalam mewujudkan lingkungan sehat bebas limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)” pungkas Fidyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun