Pada pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), para guru dapat melaksanakan model pembelajaran blended learning untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Menurut Semler (2005), "Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-face activities, and real world practice". Dapat dikatakan bahwa blended learning merupakan pembelajaran yang menggabungkan aspek kegiatan tatap muka, pembelajaran online dan kegiatan praktek baik dari cara penyampaian dan gaya pembelajaran. Jadi interaksi sosial pada kegiatan pembelajaran tatap muka masih ada tapi tidak meninggalkan aspek teknologi. Pada pelaksanaan blended learning tentunya tetap dilaksanakan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan proses pengumpulan data dan informasi dalam membuat keputusan mengenai aktivitas-aktivitas pembelajaran meliputi program, kurikulum, metode pembelajaran dan aktivitas sekolah lainnya (Gage & Berliner, 1998).
Menurut (Tobin et al., 2015) terdapat perbedaan tantangan antara evaluasi pembelajaran secara daring dan tatap muka, yaitu: (1) Scope, pada pembelajaran daring batasan antara dalam dan luar kelas menjadi samar karena interaksi antara siswa, guru dan materi belajar terjadi di berbagai lokasi sehingga jangkauan evaluasi menjadi lebih luas, (2) Time Equivalence, evaluator harus menentukan berapa banyak dan kapan saja proses observasi akan dilakukan karena luasnya jangkauan evaluasi, (3) Separating Teaching from Design, perilaku siswa dan media yang digunakan sebagai alat bantu menjadi tidak terpisahkan sehingga adanya kecenderungan untuk melihat hasil yang ditunjukkan siswa sebagai perilaku siswa dalam belajar, (4) Measurement equivalence, sikap yang tampak, volume, body language dan aspek-aspek material lainnya menjadi tidak tampak sehingga dapat dilihat berdasarkan respon dalam menjawab pertanyaan, interaksi selama belajar, derajat conceptual scaffolding selama diskusi dan tingkatan cognitive domain yang ingin dicapai, (5) Instrument Applicability, mengadaptasi secara langsung instrumen tatap muka untuk pembelajaran daring dapat menghasilkan measurement error dan unintentional bias, (6) Scalability, pembelajaran daring lebih dapat diskalakan daripada tatap muka.
Selain perbedaan esensi dari daring dan tatap muka, terdapat komponen-komponen yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Hodges et al. (2020) menjelaskan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran secara daring melibatkan lebih dari sekadar aspek instruksional yang dilakukan melainkan keterikatan siswa dalam pembelajaran dan dukungan sosial yang dirasakan sehingga membutuhkan peran berbagai komponen yang terlibat secara keseluruhan, mulai dari infrastruktur (ketersediaan perpustakaan, akses di rumah masing-masing, serta fasilitas kesehatan yang berbeda-beda untuk setiap siswa) hingga sumber daya lingkungan (situasi lingkungan tempat belajar dan dukungan sosial di sekitar). Moore et al. (2002) juga menjelaskan bahwa tantangan sistem evaluasi pada pembelajaran daring adalah terlibatnya kesatuan yang kompleks antara infrastruktur dan personil dengan mempertimbangkan faktor instruksional, teknologi, implementasi dan organisasi yang meskipun bersifat independen tetapi harus bekerjasama secara efektif agar sistem dapat berjalan secara menyeluruh. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya untuk melihat evaluasi belajar secara daring berdasarkan setiap komponen yang terlibat dalam evaluasi belajar.
Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada PTMT terdapat beberapa kendala yang ditemukan, yaitu : (1) Pada saat PTMT harus tetap menerapkan protokol kesehatan sehingga kapasitas siswa diatur menjadi 50% per kelas, (2) Guru memerlukan waktu lebih banyak untuk melakukan evaluasi pembelajaran, (3) Proses pembelajaran harus mengurangi kontak antara satu orang dengan yang lain, sehingga ujian tertulis dibatasi dan (4) Ketika melakukan ujian secara online pada PTMT siswa dapat mencari jawaban melalui internet. Oleh karena itu, penulis ingin mengoptimalkan pelaksanaan evaluasi pembelajaran secara daring pada PTMT di SMP N 25 Batam.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penggunaan aplikasi Quizziz dan aplikasi Mobile Exam untuk mengoptimalkan evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 25 Batam.
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru pada pelaksanaan evaluasi pembelajaran saat PTMT, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan PTMT harus tetap menerapkan protokol kesehatan, sehingga jumlah kapasitas siswa di setiap kelas hanya 50%. Dengan begitu baik dalam proses kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran guru membutuhkan waktu yang lebih banyak.
2. Dengan pembatasan kontak antar siswa maupun antara siswa dengan guru, evaluasi pembelajaran dengan menggunakan teknik paper-based test dapat beresiko dalam penularan COVID-19.
3. Dengan blended learning, guru harus mempersiapkan pembelajaran baik secara tatap muka maupun daring, sehingga guru membutuhkan banyak waktu hanya untuk persiapan pembelajaran.
4. Meskipun pada masa pandemi tidak diberlakukan adanya KKM, tetapi siswa tetap berusaha proses perbaikan (remedial), seringkali mereka melakukan kecurangan dalam proses evaluasi pembelajaran, khususnya pada pengerjaan ujian tertulis. Peserta didik bertanya pada temannya ataupun menggunakan catatan kecil yang mereka telah persiapkan sebelum ujian tertulis berlangsung. Hal ini menjadikan hasil evaluasi belajar menjadi bias dan sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Dari 4 (empat) permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk memecahkan masalah tersebut dengan kondisi pembelajaran tatap muka terbatas. Penulis berusaha untuk tetap mengoptimalkan hasil evaluasi pembelajaran namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan agar dapat mengurangi penyebaran COVID-19. Penulis menyusun kegiatan pembelajaran secara tatap muka dan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilaksanakan secara daring. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih semangat dalam belajar dan tentunya mengerjakan ujian dengan jujur agar dapat terlihat kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.Â