Mohon tunggu...
Singgih Fuadi
Singgih Fuadi Mohon Tunggu... -

----

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Korupsi adalah Produk Masyarakat

24 Agustus 2013   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:53 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara partai politik tentunya kita akan langsung bergerak , oh ya…anggota DPR(D)....Kampanye…..kepentingan dan yang terakhir ini pasti semua setuju..KORUPSI !!!

Bagaimana mau dibilang tidak setuju, lihat saja bagaimana pemberitaan di media massa baik itu elektronik ataupun cetak setiap harinya dihiasi pemberitaan tentang kasus korupsi walaupun mungkin masih dalam taraf dugaan sih :P (tapi kebanyakan berujung tersangka juga)

Kasus demi kasus yang sudah terungkap seolah tidak mampu membuat jera para pejabat yang mayoritas juga politikus itu untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi. Muncul ide untuk “memiskinkan” para koruptor agar memberikan efek jera namun sayang di sayang usulan itupun tidak mendapat jalan mulus dari para anggota DPR, menjadi tanda tanya besar apakah meraka takut atau ada alasan lain yang membelakanginya (biar waktu yang menjawab).

Kesempatanlah yang menjadi salah satu penyebab munculnya berbagai kasus itu. Permasalahan sebenarnya jangan hanya dilihat pada posisi mereka, tetapi dasar permasalahan itu bagaimana yang bersangkutan bisa menduduki posisi tersebut, dipilih bukan ?? ya.. jelas dipilih..melalui proses pemilihan umum yang sudah digelar sejak lama walaupun pada masa orde baru kegiatan tersebut hanya sekedar ceremonial belaka untuk tetap melanggengkan kekuasaan pada waktu itu, pemenangnya pun sudah dapat ditebak dan sudah pasti siapa. Pada sisis lain, kita sebenarnya patut bersyukur bahwasanya pada masa reformasi ini, dengan system pemilihan langsung dalam seluruh system pemilihan kita sudah terlatih dengan kegiatan serupa (pemilu orde baru=latihan bertahap 5 tahunan untuk menuju demokrasi).

Posisi yang diduduki oleh para politisi itu tidak terlepas dari peranan masyarakat yang memilih mereka untuk dapat duduk pada posisi yang ada dan mendapat kesempatan untuk melakukan tindak pidana korupsi. Masyarakat pada masa-masa kampanye terlihat mengelu-elukan jagoan masing-masing entah karena apa, tapi masalah money politic menjadi rahasia umum dalam setiap penyelenggaraan pemilu. Para pemilih seolah memberikan label “halal” terhadap kegiatan illegal tersebut. Namun ironis pada saat yang bersangkutan terjerat kasus korupsi, hujatan bertubi-tubi pasti akan didapatkan bahkan dari para konstituen mereka yang dulunya membela habis-habisan. Masyarakat tidak pernah berfikir sebenarnya korupsi yang mereka lakukan itu adalah untuk mereka juga, untuk memberikan uang pada saat mereka kampanye yang disebut-sebut dapat meringankan sedikit beban ekonomi mereka padahal nilainya masing-masing orang tidak seberapa namun apabila dihitung untuk seluruh konstituennya, nilainya kan WOW…

Sehingga pertanyaan yang muncul adalah perlukah masyarakat marah dan gelisah atas tindakan itu yang sebenarnya uang itu dirasakan oleh mereka juga namun diberikan lebih awal pada saat kampanye dan sisanya adalah untuk uang lelah mendapatkannya ????

MASYARAKAT SENDIRI PERLU BELAJAR BERCERMIN. JANGAN SELALU MENYALAHKAN ORANG, LIHAT DIRI SENDIRI DAN PERBAIKI..!!!!....dengan cara itu pasti korupsi akan dapat tergerus dengan sendiriya, Say No to Money Politic..!!!....tetap dukung pemberantasan korupsi, semoga mereka segera sadar..amiinnn…#alwayshope

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun