Berbicara mengenai cara atau strategi untuk dapat mempengaruhi orang lain erat kaitannya dengan sebuah proses kepemimpinan. Bebapa definisi kepemimpinan merujuk pada satu inti dimana kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti G.R.Terry, Harold Koontz. Pada awal tahun 1990an, seorang peneliti bernama Prof. Gary Yukl dari University at Albany mengemukakan tehnik atau metode untuk mempengaruhi orang lain yang dikenal dengan sebutan Influence Behavior Questionnaire (IBQ). Metode tersebut antar lain menjelaskan bagaimana kita mempengaruhi orang lain dengan cara meyakinkan orang, membangkitkan semangat, membuat senang hati, sampai dengan cara memberikan ancaman yang menekan.
Dalam pemerintahan, pengaruh kepemimpinan seseorang mempunyai nilai yang sangat urgent, dikarenakan dengan kepemimpinan yang dimiliki seseorang itulah akan ditentukan seberhasil apakah proses pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Berbagai macam gaya atau tipe yang ditunjukkan masing-masing orang dalam menjalankan kepemimpinan pemerintahan tentulah tidak akan sama tergantung karakter masing-masing pemimpin dan juga kondisi masyarakat yang dipimpinnya. Mempengaruhi orang lain yang jangkauan pikirannya luas tentunya akan lebih sulit dibandingkan dengan masyarakat yang relatif masih membatasi diri dari pengaruh-ppengaruh luar lingkungannya.
Fenomena yang menarik terjadi di kepemimpinan pemerintahan kita dimana Indonesia pernah dipimpin mulai dari orang yang diktator sekalipun sampai dengan orang yang berusaha mempengaruhi masyarakat dengan mengikuti perkembangan zaman yang gemar bersosial media (red.Twitter). Terlepas dari berhasil atau tidaknya cara tersebut, pemimpin sediktator apapun akan menganggap bahwa media mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal memberikan pengaruh kepada masyarakat. Letak perbedaannya adalah jika pada era demokrasi ini pemerintah tidak dapat dengan leluasa membatasi gerak media sebagai “Pembentuk Opini” masyarakat, pada era orde baru yang dikenal dengan kediktatorannya dengan mudahnya dilakukan pembredelan surat kabar dengan ditariknya beberapa surat kabar yang dianggap mengganggu penanaman politik sehingga harus dilakukan pembinaan oleh Departemen Penerangan pada waktu itu.
Presiden saat ini SBY nampak sangat berbeda apabila dilihat dari sikap beliau memimpin jalannya pemerintahan Indonesia. Presiden pertama hasil pemilihan umum ini memiliki pembawaan yang sangat tenang dan berwibawa serta cara beliau berkata yang dapat dikatakan sangat sistematis. Lulusan terbaik Akademi Militer tahun 1973 itu terkesan sangat berhati-hati dalam setiap mengambil kebijakan yang akan dikeluarkan, hal tersebutlah yang kemudian menimbulkan asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa beliau lamban dalam memutuskan setiap masalah. Namun ketenangan dan kewibawaan yang dimilikinya itulah yang kemudian menuntunnya dapat menduduki kursi RI 1 pada pemilihan umum pertama.
Naik pamornya Presiden SBY dalam pemilihan umum tahun 2004 tidak lepas dari pengaruh beliau yang sangat luar biasa terhadap masyarakat yang merupakan imbas dari konflik antara SBY dan Megawati Soekarnoputri . konflik itu lah yang secara tidak langsung menjadi senjata SBY dalam bertarung untuk memperebutkan kursi presiden. Dengan kewibawaan yang dimiliki dan rasa simpati masyarakat terutama kaum perempuan menambah kekuatan untuk menapaki tangga tertinggi kepemimpinan negeri ini.
Periode pertama yang dijalankannya dengan wakil presiden Jusuf Kalla berjalan baik. Banyak kebijakan-kebijakan pada masa itu yang dapat dijalankan dengan baik seperti membentuk KPK sebagai bukti keseriusannya menyelesaikan masalah korupsi, perdamaian aceh, hingga masalah kestabilan ekonomi (setidaknya pada masa periode pertama kepemimpinanya). Bergulirnya pemilihan umum kedua nampaknya masyarakat menilai bahwa kepemimpinan SBY akan mampu membawa Indonesia yang lebih baik. Dengan kemenangan satu putaran yang lebih dari 60% mengantarkan beliau dengan wakil presiden Boediono menduduki kursi panas RI 1. Hal kontradiksi muncul dalam kepemimpinan beliau di periode kedua, banyak kebijakan yang dinilai tidak berjalan dengan baik dan bahkan cenderung tidak menyelesaikan masalah. Berkembang opini masyarakat bahwa keberhasilan beliau memimpin pada periode pertama terlebih karena peran Jusuf Kalla yang lebih banyak memberikan kontribusi walaupun tidak secara langsung terlihat bahwasanya kebijakan tersebut muncul dari pemikiran beliau (red.Jusuf Kalla).
Kekonsistenanan beliau dengan gaya yang tenang nampaknya tidak lagi ampuh meyakinkan masyarakat bahwa beliau mampu menjalankan pemerintahan dengan baik. Tingkat kepuasan masyarakat yang dirilis oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) mengunkapkan bahwa hanya sekitar 30% yang merasa puas akan kepemimpinan beliau yang dijalankan saat ini, selebihnya mengaku tidak puas. Masyarakat nampaknya kini lebih menginginkan perubahan dalam gaya kepemimpinan SBY yang lebih tegas dan tidak terlalu menjaga image hanya untuk pencitraan semata.
Presiden SBY kurang mampu memanfaatkan kekuataan masyarakat yang 60% lebih secara langsung memilihnya pada pemilihan periode kedua. Padahal dengan kekuatan masyarakat yang sedemian besar dapat digunakan sebagai senjata untuk membuat kebijakan yang pro masyarakat dengan visi politik yang digunakan pada saat pemilihan presiden tanpa adanya tekanan dari pihak manapun yang pada akhirnya akan menyebabkan terjerumusnya partai politik yang mengusungnya akhir-akhir ini dalam lingkaran kasus korupsi yang terus mengintai. SBY seharusnya dapat mencontoh kekuatan politik yang pernah dijalankan oleh Presiden Amerika Serikat Ronald Reagent. Ketika beliau naik sebagai presiden dari PartaiRepublik dan kebijakan yang dibuatnya selalu terkendala dengan penolakan kongres yang dikuasai oleh Partai Demokrat, sehingga menyebabkan beliau mencari berbagai cara untuk dapat berbicara di radio untuk menarik simpati publik dengan keluhan-keluhannya sebagai presiden dan meminta mereka mengingatkan senatornya untuk menerima kebijakan yang telah disusun.
Ketidakefektifan leadership style ala SBY yang terus berkembang mengakibatkan semakin terpuruknya kepercayaan masyarakat akan kepemimpinan SBY dalam menjalankan pemerintahan. Gaya “kalem” yang ditunjukkan harus mampu berubah menjadi “bringas” untuk menghadapi permasalahan bangsa yang semakin kompleks yang ditambah dengan hilangnya kepercayaan publik terhadap SBY karena merangkap jabatan sebagai ketua umum Partai Demokrat.
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17), Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Harold Koontz (1989), Pengaruh, seni,atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusiasme.
G.A.Yukl and J.B.Tracy, “Consequences Of Influence Tactics Used With Subordinates, Peers, and the Boss”, Journal of Applied Psychology.1992
Pada masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, SBY diangkat menjadi Menkopulhukam dan kemudian mengundurkan diri pada tanggal 11 Maret 2004 karena merasa kewenangannya sebagai menteri telah “diambil alih” oleh presiden
(You can alsa read our article in www.platosclub.blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H