Dia tidak setenar tokoh Islam zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak dikagumi kaum muslim seantero dunia seperti Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan seluruh sahabat Radhiyallahu anhum.Â
Dia juga jarang diperbincangkan dalam dunia Islam Indonesia karena tidak ada dalam buku sejarah yang dipegang oleh para pelajar di sekolah baik negeri maupun swasta seperti Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau sering disebut dengan H.O.S Cokroaminoto yang merupakan pemimpin Sarekat Islam (SI) dan beliau menjadi tempat menimba ilmu tokoh - tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia seperti presiden Sukarno.
Atau juga tidak seterkenal Mohammad Natsir yang merupakan pendiri partai politik Masyumi, pejuang kemerdekaan, pernah jadi menteri di zaman presiden Sukarno, pernah berselisih dan dipenjara di zaman presiden Sukarno, pernah jadi presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.Â
Dan juga bukan pendiri organisasi Islam  yang memilik banyak pengikut seperti Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan atau  Nahdlatul Ulama (NU) yang diprakarsai oleh K.H Hasjim Asy'ari.
RMP Sosrokartono warga Indonesia biasa, dia beragama Islam dan berusaha jadi muslim  yang bisa memberikan manfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. Prestasinya cukup luar biasa dan juga termasuk polyglot  ( menguasai berbagai bahasa ) sehingga di tahun 1914 dia menjadi jurnalis untuk surat kabar The New York Herald, surat kabar asal Amerika Serikat yang pada saat itu menerbitkan edisi Eropa dan kemudian dari tahun 1919 sampai 1921, R.M.P. Sosrokartono menjadi anak Bumiputra yang mampu menjabat sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) yang kemudian pada tahun 1921 berubah jadi Perserikatan Bangsa - Bangsa (United Nations Organization) atau PBB hingga sekarang.
Selain sepak terjang yang dahsyat di luar negeri RMP Sosrokartono juga kaya kata filosofi yang hingga kini masih terkenal terutama di kalangan orang jawa antara lain: Sugih tanpo bondo ( kaya tanpa harta ) , Digdoyo tanpo aji (sakti tanpa ajimat), Nglurug tanpa bala ( menyerang tanpa bala tentara), Â Menang tanpa ngasorake ( menang tanpa merendahkan ) dan masih banyak lagi filososi beliau yang sangat bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H