aku menatap wajah mamaku ketika aku membuka pintu kamar mama untuk mencari sisir rambutku yang hilang.
Ia sedang tidur..
Ia sedang menghilangkan rasa lelah setelah seharian mencuci baju satu bak seragam adikku..
Ia sedang istirahat..
Ia sedang bermimpi mungkin ketemu papa yang sudah 2 tahun berada di LN, aku tau Ia sangat rindu terhadap papa..
tiba-tiba air mataku menetes.
Oh mama.....
Aku ingat kejadian dimana mama harus belajar naik sepeda motor karena mobil kami harus dijual untuk biaya papa ke LN.
Pertamakali Ia memboncengku ketika aku harus kembali ke asrama SMP karena liburan telah habis.
Ia mengendarai sepeda motor pelan-pelan sekali sampai aku mikir kalo begini jalannya mungkin akan sampai besok pagi.
Tiba-tiba hujan turun, ya ampun. Kami pun panik lalu kita berteduh di emperan toko dan memakai jas hujan.
Aku tidak bisa melihat jalan karena mataku terhalang jas hujan. Didalam hati aku berdoa kepada Tuhan 'Ya Tuhan, lindungi kami'. Aku berdoa terus menerus sampai kami tiba di asrama.
Ya ampun muka mama basah kedinginan.
ingin aku menangis tapi aku tahan, aku gak ingin mama melihatku menangis.
'mama, gak masuk ya? udah jam 6 ini, nanti sampai rumah kemalaman kasian adik kamu'. kata mama sambil mengusap air diwajahnya dengan tangannya.
'ya, gak papa, Ma. Mama ati2 ya?'
'ya, sekolah yang pinter'
'Ya ma'. Aku mencium kedua pipinya dan menahan air mata.
Ya aku sekolah dengan rajin, giat sehingga aku bisa berprestasi.
Aku gak mau melihat papa dan mamaku yang bekerja banting tulang harus kecewa terhadapku.
Meski terkadang mamaku sering memarahiku.
tapi, perlahan-lahan dengan bertambahnya usia pada umurku yang membuat aku dewasa secara perlahan-lahan membuang statement itu..
Itu semua supaya aku lebih baik dan tidak mengulangi kesalahannya. isnt it?
bukankah semua mama sayang terhadap semua anaknya??
Aku mengakui kalau mamaku ini memang HEBAT
mamaku orang yang gak gampang menyerah, tahan banting(emang algojo ye?:D)
banyak cobaan yang datang tapi mamaku tetap survive..
meski ia mengalalami mobilitas sosial dari profesinya..
yang semula menjadi wanita karier menjadi ibu rumah tangga karena harus mengurus adik2ku di rumah kontrakan kami yang kecil, tidak ada bibik Nah lagi yang mengurus adikku yang dulu Ia juga mengurus aku waktu kecil. Tidak ada yang mebersihkan kamarku, aku harus membersihkan sendiri. Cuci baju sendiri, selesai makan dicuci sendiri piringnya. Memandikan adikku yang masih playgroup dan mengajaknya bermain. Menutup pintu pagar dan semua pintu rumah ketika malam yang biasanya dilakukan oleh papa.
Ya, keluarga kami bisa dikatakan mengalami kebangkrutan.
pabrik satu-satunya milik papa yang menyatu dengan rumah tempat bekerja papa dengan mama harus rela dijual ke tante supaya hutang papa di bank lunas.
Terpaksa kami harus pindah ke kontrakan kecil yang letaknya jauh dari desa tempat kami tinggal dulu.
Mama..
Ia yang membuatku untuk tidak menyerah dalam menghadapi hidup ini.
Ia memberi banyak saran untuk menjalani anugrah terindah yang diberikan Tuhan yaitu hidup.
Anugrah terindah yang harus diSYUKURi.
Dengan banyak tantangan yang menerjang kita, itu membuat kita tahan banting.
Iya, aku tidak membayangkan apabila masalah yang aku alami ini terjadi kepada si Tania cewek paling tajir di sekolah yang sombong itu, stress mungkin.hehehe
Ini juga membuatku dewasa sebelum waktunya.
Aku dapat merasakan pahit manisnya hidup ini.
Jangan melihat orang yang diatas melihatlah kebawah Nak. Kita bahkan lebih beruntung daripada mereka yang makan aja susah. kita masih bisa makan enak, makan yang apa kamu inginkan.
Kamu masih bisa sekolah bahkan sekolah di tempat yang agak elite, coba tengok banyak yang tidak bisa sekolah.
Kamu masih punya keluarga yang sehat. itu HARTA PALING BERHARGA.
Ya..
Aku ingat ketika aku membaca majalah ada kalimat ini:
"I don't know how man poor, if he has family, he is rich".
Yupp
apalagi aku punya mama dan papa, kakak, dua jagoan kecilku adikku tercinta.
i love you all...:'(
Aku tidak jadi mengambil sisir, aku langsung berlari kekamar dan menangis.
Lalu aku mendengar sebuah lagu mengalun indah di radio sebelah rumah
Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Ku pandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda
Pikirkupun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu dtimang
Nada nada yang indah
Slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci
Tlah mengangkat diri ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan