Mengenai judul diatas, kali ini saya membahas program-program acara musik dipertelevisian Indonesia. Ada beberapa acara-acara musik sekarang ini ditelevisi Indonesia, namun yang masih perlu diingat adalah kualitas tayangan-tayangan yang belum sesuai UU penyiaran No. 32 Tahun 2002.
Kebanyakan masyarakat saat ini lebih memilih menonton siaran televisi untuk memperoleh hiburan, dibandingkan guna memperoleh informasi ataupun pendidikan. Hal inilah yang semakin mendorong munculnya berbagai program siaran televisi yang memuat konten yang berbau humor (lawak).
Lalu masih banyak program siaran acara televisi (tidak hanya acara musik) yang masih berorientasi pada upaya memanjakan pemirsa. Apabila penonton memiliki ketertarikan yang lebih pada acara yang memuat konten hiburan maka stasiun-stasiun televisi akan berlomba-lomba untuk memuat lebih banyak konten yang bisa menghibur dan memuaskan keinginan para penontonnya. Hal ini tentu saja didasarkan atas kepentingan rating dan komersial, sehingga para pengelola televisi tidak lagi memperhatikan konten acara yang diproduksi, seperti unsur informasi, pendidikan, sosial budaya, etika, dan norma masyarakat. Akibatnya, konten dari setiap program yang disiarkan oleh televisi saling bersaing secara ketat dan seperti halnya komoditas barang dagangan, maka konten dari siaran televisi semakin mementingkan hiburan semata dan berpotensi melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Ada 3 acara musik di televisi yang digemari masyarakat, yaitu Dahsyat, Inbox, dan Breakout. Disini, saya langsung membahas 2 acara musik yang konsepnya jauh dari kata musik, yaitu Dahsyat, dan Inbox. Acara musik tersebut tidak lagi seperti dulu, yang pada awal tayangnya konsisten menanyangkan live music, video clip, dan tangga lagu. Jika kita lihat sekarang, Dahsyat memiliki segmen yang diunggulkan seperti membongkar isi mobil bintang tamu atau host acara tersebut.Â
Sedangkan Inbox mengunggulkan segmen kompetisi dance, dan masih ada lagi segmen-segmen tidak penting yang jauh sekali dari musik. Apabila kita teliti dengan seksama, dapat kita temukan fakta bahwa program-program acara musik televisi berbau komedi (humor) yang ternyata mengandung unsur-unsur kekerasan di dalamnya, baik melalui verbal maupun non verbal (fisik). Misalnya saja adegan-adegan kekerasan fisik dengan cara memukul menggunakan benda (meskipun benda tersebut berbahan lunak), bantingan, jeweran, adegan bertengkar (meskipun hanya berpura-pura), dan juga lontaran kata-kata kasar, hinaan, sumpah, makian, ataupun ejekan.Â
Ironisnya, tayangan-tayangan yang bersifat tidak mendidik tersebut sudah menjadi sesuatu yang dianggap biasa oleh masyarakat. Oleh karena hiburan yang disajikan, mereka tidak lagi berpikir apakah tayangan tersebut mempunyai dampak yang berbahaya atau tidak. Bagi mereka, tayangan kekerasan di televisi hanyalah sebuah hiburan dan tidak membahayakan, tanpa mereka sadari anak-anak mereka bisa saja mencontoh apa yang dilakukan oleh pelaku-pelaku kekerasan tersebut.Â
Inilah yang menjadi permasalahan, dimana para pengelola stasiun televisi tidak lagi memperhatikan dasar-dasar penyiaran, termasuk kode etik penyiaran sehingga tujuan media penyiaran yang pada hakikatnya untuk memberikan informasi dan edukasi, berubah menjadi memberikan contoh yang tidak layak bagi masyarakat. Kemudian yang perlu juga diketahui ialah sejauh mana KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sudah mengatasi permasalahan ini.
Berbeda sekali dengan Breakout, Breakout benar-benar menayangkan acara musik dari awal acara sampai akhir. Tidak ada segmen gosip, kuis antar bintang tamu, ataupun humor yang mengandung kekerasan. Semua segmennya benar-benar tentang musik. Kemudian Breakout selalu konsisten dari awal menayangkan video klip musik Indonesia dan mancanegara. Maka dari itu, sekarang banyak anak muda yang gemar menonton acara musik tersebut. Berbeda sekali dengan 2 acara musik lainnya (Dahsyat, Inbox), tidak ada setengah durasi acara tersebut menayangkan live musik atau video klip. Namun, dibanding acara Breakout, Dahsyat dan Inbox memiliki rating yang lebih tinggi. Karena, mereka sudah lama ada dilayar kaca pertelevisian sebelum Breakout.
Menurut saya, Dahsyat dan Inbox memiliki rating tinggi dibanding Breakout karena, program mereka sangat cocok untuk ibu-ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang pada jam tayang acara-acara tersebut. Jadi, testimoni saya terhadap acara musik Dahsyat dan Inbox kurang memuaskan. Saya lebih suka Breakout. Yang real membahas tentang musik.
Jika Dahsyat dan Inbox benar-benar kembali ingin "dibilang" acara musik, seharusnya mereka konsisten kembali dengan konsepn acara mereka seperti dulu. Atau sebagai referensi seperti Breakout yang menampilkan dan memberikan informasi tentang musik-musik Indonesia maupun musik mancanegara. Jadi saran saya yang utama yaitu perhatikan kualitas acara dan jangan mengutamakan rating saja, agar acara-acara musik pertelevisian Indonesia semakin maju dan digemari semua kalangan. Tidak apa-apa jika acara tersebut ditambahi games atau kuis, tapi setidaknya tidak melebihi setengah durasi dari acara tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H