Mohon tunggu...
Isna Puryanta
Isna Puryanta Mohon Tunggu... -

Barangkali, sayalah guru gagal itu. Gagal setia pada keadaan menjadi suruhan pelaksanaan kebijakan. Gagal paham dengan arah kejujuran pendidikan. Dan gagal berpasrah pada buruknya keadaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kelas Romantis

22 Februari 2012   03:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini, kelas mengadakan acara parade membacakan cerpen.Memang, itu sudah kami rencanakan sejak beberapa hari yang lalu. Anak-anak saya minta menyiapkan cerita masing-masing, boleh menulis sendiri atau membacakan cerita orang. Hanya saja, kami membatasi cerita romantis saja. Bukan apa-apa, kami ingin mengiringi pembacaan itu dengan musik yang ronamtis pula.
Begitu acara dimulai, seluruh anak merapat ke depan. Kelas menjadi tak berbentuk. Mereka lebih seperti melihat pertunjukan saja. Satu persatu maju. Tere, si anak centil itu menjadi orang pertama yang membacakan ceritanya dengan penuh ekpresi. Musik instrumental piano Richard Claiderman mengalun lembut mengiringi pembacaan anak itu. Kelas seperti tersihir denting piano yang mengalunkan Balada Poor Adeline.
Tepuk tangan membahana manakala Tere mengakhiri aksinya, bersama denting terakhir Balada Poor Adeline. Giliran Revalito, semua terdiam. Ia membacakan cerpen berjudul ‘Pertemuan’. Masih diiringi musik dari Richard Claiderman. Kali ini, lagu yang mengalun adalah ‘Love Story’. Lagunya begitu romantis.Keheningan tiba-tiba tercipta. Revalito membacakan cerita dengan segenap ‘power’ yang dimilikinya. Lafal, nada, jeda, dan ekpresinya benar-benar utuh. Meski romantis, ceritanya berakhir sedih. Pertemuan yang sudah dirancang begitu lama, ternyata berantakan tanpa terduga.
Saya meyapukan pandangan ke seluruh pojok kelas. Beberapa anak perempuan terlihat melelehkan air mata. Rupanya pembacaan oleh Revalito yang dipadu dengan musik instrumental itu berhasil membawa mereka kepada penghayatan yang utuh.

@Tulisan ini juga bisa dibaca di http://guraru.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun