Mohon tunggu...
Isna Puryanta
Isna Puryanta Mohon Tunggu... -

Barangkali, sayalah guru gagal itu. Gagal setia pada keadaan menjadi suruhan pelaksanaan kebijakan. Gagal paham dengan arah kejujuran pendidikan. Dan gagal berpasrah pada buruknya keadaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Hebat

26 November 2012   09:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:39 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Guru hebat sadar bahwa ia tidak akan meninggalkan jejak apa pun dalam diri muridnya" qoute @iwanpranoto.

-------------------------------------------------------------------------

Menarik sekali kicauan sang Profesor Matematika ITB tersebut. Mengapa demikian?

Saya mencoba merunut kicauan tersebut. Ternyata beliau juga membuat kicauan lain sebelum itu, diantaranya "Guru mediocre  adalah guru yang hanya mampu menciptakan kloning-kloning dirinya":D

Barangkali, ini berkaitan dengan salah satu fungsi guru yaitu sebagai 'inspirator'. Maknanya, guru hendaknya mengupayakan agar yang ia sampaikan bisa menimbulkan inspirasi bagi siswanya untuk melakukan/menciptakan sesuatu yang baru.

Menilik fungsi tersebut maka sudah selayaknya bahwa setiap guru memasang target pribadi agar para siswanya bisa menciptakan pribadi-pribadi yang 'mau dan bisa berpikir.  Dengan kata lain, guru hendaknya membuka cakrawala berpikir para siswanya seluas-luasnya. Caranya adalah membantu masing-masing siswa mengenali tipe kecerdasan yang dimilikinya.

"Tapi kan materi pelajarannya sama?"

Boleh jadi demikian, karena bagaimanapun seorang guru terikat kurikulum. guru tidak bisa begitu saja keluar dari kurikulum, sebab akan sulit pertanggungjawabannya. Namun, patut diingat, kurikulum menyediakan berbagai alternatif dalam mengembangkan materi seiring kebutuhan penyediaan fasilitas untuk siswa yang memiliki tipe kecerdasan berbeda.. Apalagi bila kita merunut tentang evaluasi atau penilaian. Melalui instrumen penilaian inilah kita bisa membantu siswa mengenali tipe kecerdasannya yang unik tersebut.

"Tapi, kan semua berujung ke UN?"

Nah, itu dia........!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun