Masjid Raya Ampalu adalah sebuah masjid yang terletak di Jorong Padang Aur, Nagari Ampalu, kecamatan Lareh Sago Halaban, kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Masjid ini terletak di tengah-tengah pemukiman warga dengan pemandangan sawah yang indah di seberangnya. Udara yang ada di sekitarnya juga sangat asri, mencerminkan kehidupan desa yang terbebas dari polusi dan masih terjaga. Orang-orang yang terbiasa hidup di perkotaan yang penuh sesak dan polusi pasti akan termanjakan jika mengunjungi desa yang ada di sekitar Masjid Raya Ampalu.
Pada hari pertama saya di tempat ini, saya berjalan di sekitar nagari tersebut. Rasanya seperti terapi setelah peliknya kehidupan yang saya habiskan di Padang ketika berkuliah. Udaranya sejuk, langitnya cerah jauh dari polusi. Ini semua terjadi karena nagari ini memang agak jauh dari jalan raya. Pohon-pohon besar ada di pinggir-pinggir jalan, sungai-sungai kecil juga mengalir tenang, dan sawah-sawah hijau milik warga setempat yang melengkapi warna nagari ini.
 Selain dari keindahan alam yang ada di sekitarnya, orang-orang yang hidup di nagari itu juga sangat ramah. Sebagai orang baru di lingkungan itu banyak senyum yang saya terima dan beberapa juga menyapa dan mengajak bicara. Antar rumah pun sosialisasinya terjaga sehingga di halaman rumah banyak dijumpai ibu-ibu yang saling mengobrol, bapak-bapak yang bersapaan hendak bekerja, dan banyak kegiatan lain yang membuat hati menjadi hangat saat melihatnya.
Hal yang paling membuat saya terpesona dari banyak keindahan yang saya temukan di nagari ini adalah Masjid Raya Ampalu. Masjid ini tidak terlalu besar dan mewah tapi sangat bersih dan juga rapi. Barang-barang yang ada di dalamnya juga terjaga pertanda sering digunakan untuk berbagai kegiatan oleh warga setempat. Seperti ketika waktu magrib menjelang, maka shaf-shaf salat akan diisi oleh berbagai kalangan. Di barisan shaf wanita, diisi ibu-ibu, remaja bahkan anak-anak.
Setelah salat berakhir, maka akan dilanjutkan dengan duduk melingkar mambaca Al Quran. Orang-orang yang duduk melingkar tersebut berganti-gantian membaca Al Quran dan saling menyimak bacaan. Inilah sisi sejuk lain dari Masjid ini, karena tidak hanya sebagai tempat ibadah tapi masjid juga digunakan untuk saling berinteraksi dan mendekatkan diri antar sesama masyarakat nagari. Nampak jelas interaksi antara anak-anak muda dan juga orang tua melalui kegiatan rutin ini.
"Masjid ini menjadi tempat kami saling belajar membaca Al Quran agar nanti anak-anak kami tidak ada yang tidak bisa membaca Al Quran," jawab seorang ibu yang duduk di sebelah saya ketika saya ikut serta duduk di dalam lingkaran tersebut.
"Kegiatan belajar Al Quran di masjid ini hanya membaca dan menyimak dengan duduk melingkar saja, Bu?" tanya saya saat itu.
"Tidak hanya membaca dan menyimak saja, biasanya setiap subuh di hari Minggu kami adakan didikan subuh bagi anak-anak mengaji ini."
Akan tetapi, sayang sekali hari Minggu ketika saya ada di nagari itu didikan subuh sedang tidak diadakan karena suatu hal. Padahal saya sangat ingin melihatnya karena akan mengingatkan saya pada masa-masa kecil saya di kampung halaman saat saya berada di posisi anak-anak itu.
Orang-orang yang ada di masjid itu juga sangat terbuka bagi pendatang. Mereka tidak segan-segan untuk mengajak bergabung bahkan berbagi pengalaman mereka. Selain itu, saya juga merasa sangat dijaga ketika diperbolehkan untuk beristirahat di masjid ketika malam semakin larut. Untuk pengalaman pertama mengunjungi Nagari Ampalu dengan alasan kuliah lapangan membuat rasa lelah sedikit terbayarkan dengan keramahan yang ditunjukkan oleh warga setempat.