Mohon tunggu...
Guru Motekar
Guru Motekar Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang guru yang merambah ke dunia kepenulisan. Meskipun tulisan yang dihasilkan masih sangat sederhana. Beberapa buku antologi pernah dibuat.

Guru, Teknisi, Penggemar Animasi dan Opensource, Computer Networking, Software Engineering, Penulis, Blogger.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membudayakan Membaca di Sekolah

30 Juli 2013   23:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:49 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kemajuan sebuah bangsa bisa dilihat dari penduduknya. Salah satu indikasinya adalah budaya membacanya. Semakin tinggi tingkat membaca penduduk sebuah Negara, maka dapat dipastikan Negara tersebut adalah Negara yang maju. Lalu, bagaimana dengan bangsa Indonesia ?

Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan. Yang akan mencetak para calon pemimpin bangsa seharusnya dapat membuat ramuan dan strategi khusus untuk meningkatkan budaya baca di kalangan para peserta didiknya.

Bukan tidak ada usaha dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Namun saat ini mungkin saja indikator keberhasilan itu belum terlihat. Sepanjang pemantauan saya, tahun kemarin saja banyak bantuan buku yang diberikan kesekolah. Buku tersebut digunakan untuk menambah jumlah koleksi perpustakaan sekolah. Jumlahnya pun tidak sedikit. Kita seharusnya mengapresiasi kebijakan positif ini dan ikut membantu menjalankan programnya untuk mencerdaskan bangsa kita.

Setelah bahan bacaan sudah tersedia dan begitu banyak. Mengapa budaya membaca sendiri belum terlihat. Hal ini yang semestinya menjadi perhatian stackholder di sekolah terutama guru. Siswa tidak cinta membaca bisa disebabkan gurunya sendiri tidak cinta membaca. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa ada ungkapan “ guru kencing berdiri, siswa kencing berlari “. Untuk itu perlu dengan segera guru memberikan teladan akan budaya baca ini. Bukan saya menuduh guru sekarang ini tidak cinta baca. Akan tetapi jika kita bisa dengan secara sadar mengakui kesalahan ini. Maka seharusnya dengan cepat untuk bisa memperbaikinya.

Saya sadar dan mengetahui betul kesibukan aktifitas guru keseharian. Hampir tidak mungkin untukmembaca dan meningkatkan kemampuannya. Baik itu dalam hal pembelajaran dikelas maupun hal lain yang mendukung dalam proses belajar mengajar.

Begitu banyak informasi yang di terima tentang keutamaan budaya baca bagi suatu bangsa. Tapi saat ini bangsa ini seakan belum menyadari akan hal tersebut. Bahkan teladan dari pemimpin bangsa terdahulu informasi tersebut sudah sampai dan dituliskan dalam sebuah buku. Banyak dari pemimpin bangsa kita meneladani anak bangsa dengan membaca. Sebut saja Bung Hatta, beliau ini adalah proklamator yang cinta membaca. Bahkan beliau berujar “rela dipenjara asal dikelilingi buku. Sehingga penatnya jeruji sel tahanan tidak membuat akal dan pikiran terkungkung manakala ada buku yang bisa diajak bicara “.

Seharusnya guru mempunyai semangat yang sama dalam memberikan keteladanan dalam membaca untuk siswanya. Seperti yang diperlihatkan oleh Bung Hatta. Dengan memulai mencintai budaya membaca. Saya sendiri saat ini telah mempunyai program khusus. Yaitu membeli satu buku per satu bulan. Tidak hanya dibeli namun saya berusaha untuk membaca dan memahami dengan waktu secepatnya. Sebagian dari uang gaji disisihkan untuk membeli buku. Judul dan materi buku disesuaikan dengan mood. Namun yang paling disukai adalah buku-buku yang berisi motivasi, baik itu motivasi dalam pendidikan bahkan motivasi yang diberikan oleh orang-orang yang telah mendahului kesukesannya dengan membaca.

Bagi siswa mungkin sulit untuk membeli satu buah buku per satu bulan. Selain harga dari buku terbilang tidak murah, siswa pun didorong untuk memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai tempat paling nyaman untuk mereka membaca dan gratis tentunya. Siswa juga bisa meminjam buku untuk dibaca dirumah atau dikelas. Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam membaca disekolah. Guru pun seharusnya mempunyai program khusus penugasan membaca untuk siswanya. Buku yang dibaca terlebih dahulu di tentukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan membaca siswa bisa dipantau. Selain itu, guru bisa melakukan evaluasi dari guru yang sudah siswa baca.

Mengajak siswa untuk masuk keruang perpustakaan sangat sulit. Seolah membawa siswa masuk ke gua yang banyak hantu. Bisa jadi lama kelamaan perpustakaan hanya akan menjadi sarang laba-laba sebab tidak ada yang berkunjung. Jangankan siswa guru sendiri, merasa enggan untuk masuk keruang perpustakaan. Apalagi jika ditambah dari pelayanan petugas perpustakaan yang kurang baik. Akan menambah daftar panjang kesulitan Negara ini keluar dari jeruji besi kemalasan membaca.

Bagi umat islam budaya membaca ini sudah diwariskan dari Rosululloh. Bahkan kesininya para alim ulama telah berhasil menerjemahkan petunjuk akan membaca dalam kehidupan sehari-harinya. Konon ulama sekaliber Imam Syafi’I mempunyai ruang khusus untuk menyimpan buku-buku yang begitu banyak. Buku-buku tersebut tentunya tidak hanya disimpan namun dibaca juga. Nah dari sini kita bisa mengambil tauladan. Budaya membaca adalah budaya agama kita. Dan harus menjadi budaya sekolah kita. Dan pada akhirnya akan menjadi budaya bangsa kita.

Tidak ada corong paling keras untuk menyuarakan budaya membaca selain corongnya suara Guru. Untuk itu awal mula budaya bangsa dalam membaca bisa diawali dari lingkungan sekolah. Guru adalah ujung tombak dalam memberikan tauladan membaca. Ketika di jeda waktu istirahat baiknya isi dengan membaca buku. Tidak dengan ngobrol ngalor ngidul yang tidak bermanfaat. Jeda waktu menunggu masuk kelas baiknya buku ada ditangan. Ketika menunggu antrian dibank tidak terlena dengan memainkan handphone. Tapi mengisinya dengan membaca. Naik angkot pun tidak Cuma terlelap tidur didalamnya. Jadikanlah setiap momen itu berharga dan bermanfaat. Saatnya Indonesia maju dengan kemajuan budaya baca bangsa ini. Tidak ada kata terlambat untuk memulai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun