Sekolah dasar sebagai tingkat sekolah yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar, sikap dan keterampilan atau dalam bahasa lainnya adalah tempat untuk memberikan kecerdasan kepada anak berupa kognitif, afektif dan psikomotor. Kita semua sadar bahwa kita tidak hanya harus memberikan kecerdasan berupa pengetahuan saja ( kognitif ), maka yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan pembelajaran berupa sikap ( afektif ).
Mana yang kiranya akan orang tua pilihkan buat anaknya bersekolah ?. Anak bisa menghitung, anak bisa membaca, atau menulis ?. Hampir sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya akan berkonsentrasi terhadap hal-hal tersebut. Tidak salah memang, namun akan lebih akan bermakna bila hal tersebut bisa di barengi dengan kecerdasan berupa sikap/prilaku/akhlak.
Bangsa kita saat ini tengah dilanda dengan krisis akhlak. Banyak orang yang cerdas, secara kognitif namun minim dalam hal akhlak. Kisruh korupsi yang melanda negara kita ini sungguh telah menggurita. Tentu saja ini tidaklah bagus, kita semestinya menyadari saat ini sedang mengalami krisis bangsa yang sangat parah. Banyak kalangan yang dengan sekuat tenaga, menyerukan perubahan, ada yang mampu berbicara, mereka bicara, ada yang mampu bekerja mereka bekerja, tidak lain adalah semua mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin keluar dari masalah bangsa yang berat ini. Juga kita jangan sampai menutup mata ada sebagian kalangan senang dengan adanya kondisi ini, orang-orang seperti inilah yang semestinya dibenahi dan dibimbing untuk kembali kedalam koridor yang baik yaitu orang yang mampu berakhlak mulia.
Kita semua tahu bahwa pendidikan merupakan ujung tombak dari kemajuan suatu bangsa, baik pendidikannya maka baik juga bangsanya. Pendidikan yang baik juga tidak bisa kita samakan dengan nilai yang diperoleh siswanya bagus, akan tetapi pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu membuat pondasi yang kuat bagi kemajuan bangsa dimasa mendatang. Pondasi tersebut boleh saya katakan adalah “Akhlak”.
Berbicara mengenai akhlak tidak banyak yang akan saya kupas, dikarenakan dalam sisi akhlak ini banyak sekali yang bisa dibicarakan, diantaranya adalah berbuat baik, berkata jujur, dll. Pada tulisan kali ini saya hanya akan menyoroti tentang praktek-praktek kejujuran yang semestinya ditumbuhkembangkan oleh lingkungan pendidikan di negara kita. Banyak sikap jujur yang bisa ditampilkan dalam berkehidupan dalam dunia pendidikan, jujur berucap, jujur bertindak jujur berteman dan lain-lain.
Menyikapi polemik dalam praktek-praktek kejujuran yang semestinya ditampilkan disekolah yang ingin saya sampaikan adalah tentang kejujuran penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Pembahasan ini merasa perlu untuk dikedepankan karena melihat dari perkembangan teknologi yang sekarang ini meningkat dalam kurun waktu yang singkat. Namun pendidikan sebagai sarana, wadah penggemblengan akhlak pada para anak didiknya tidak serta merta menjadi latah dan ikut-ikut dalam penggunaan dari teknologi ini namun juga harus dibarengi dengan konsep yang jelas dan terarah agar sekolah yang nyatanya adalah sebagai salah satu pilar harapan dalam kemajuan dinegara kita ini malah menjadi ladang yang subur dalam melakukan praktek-praktek yang tidak berakhlak.
Sekolah memang lebih baik mengambil langkah untuk menggunakan produk-produk Teknologi informasi dan komunikasi yang legal. Dalam hal ini saya sangat setuju apabila sekolah menggunakan produk-produk Opensource, dengan kelebihan lebih murah bahkan gratis. Dan lisensi penggunaan yang pro Rakyat kecil. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang opensource, pembaca semua bisa melihat postingan saya yang lain mengenai Opensource di link ini.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/21/guru-kreatif-pasti-go-opensource/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H