Mohon tunggu...
Ibnu Sina Meliala
Ibnu Sina Meliala Mohon Tunggu... -

Passionate football fan. Part of Indonesian football reformation. The #10. Football writer at bolatotal.com and bolarena.com. Broadcaster at radio.bolarena.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Liverpool - 90 Menit Untuk Mewujudkan Mimpi

11 Mei 2014   11:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13997580171957408622

Sedari kecil kita sudah mengenal yang namanya mimpi, secara denotatif, maupun konotatif. Kata mimpi digunakan secara denotatif ketika kita menjelaskan tentang pengalaman kita saat tidur. Mimpi tersebut dialami oleh alam bawah sadar kita – oleh karenanya ia berada di dimensi maya – dan, biasanya, mimpi itu adalah hasil dari apa yang telah kita alami/pikirkan di masa lampau.

Sedangkan mimpi secara konotatif, yang bermakna angan atau cita-cita, dialami oleh kita secara fisik di dimensi nyata. Berkebalikan dengan makna mimpi secara denotatif, mimpi ini justru menjadi penunjuk atas apa yang harus kita lakukan/pikirkan supaya mimpi itu tercapai.

Ketika kata mimpi digandeng dengan sebuah kata sifat, indah misalnya, mereka akan menghasilkan sebuah frasa yang mengaburkan batas maya dan nyata. Mimpi indah, contohnya, digunakan untuk menggambarkan kejadian yang terlalu menyenangkan (nyata) sehingga terasa layaknya mimpi semata (maya). Atau mimpi buruk, frasa yang satu ini digunakan saat kita mengalami hal yang sedemikian buruknya (nyata) hingga kita berharap kejadian itu hanya mimpi belaka (maya).

Jika anda bertanya kepada kapten kebanggan Liverpool, Steven Gerrard, apa arti mimpi buruk, ia akan menjawab bahwa mimpi buruk adalah insiden terpelesetnya ia ketika berhadapan dengan Chelsea di Anfield Stadium.

Dan jika anda bertanya kepada pemain bertahan Liverpool mengenai arti mimpi buruk, mereka akan serentak menjawab insiden di Selhurst Park, kandang Crystal Palace, dimana mereka sudah unggul tiga gol hingga menit ke-78 dan kebobolan tiga gol di menit sisa pertandingan.

Dua insiden diatas mungkin akansangat membekas di ingatan pelatih, pemain dan juga parakopites. Peluang Liverpool menjuarai Liga Inggris musim 2013/2014 ini yang sudah dimimpikan selama kurang lebih 23 tahun, menguap begitu saja di pekan ke-37 karena insiden tersebut.

Pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, pun sudah melemparkan handuk tanda menyerah seusai laga melawan Crystal Palace pekan kemarin. Ia meyakini Manchester City akan menyapu bersih dengan kemenangan di 2 pertandingan sisa (pada saat itu) dan memenangkan Premier League dengan selisih poin antara Manchester City dan Liverpool.

Perkataan Rodgers terbukti ketika Manchester City mengahadapi Aston Villa di tengah pekan ini. Cityberhasil menggilas tamunya dengan skor 4 gol tanpa balas dan menggeser Liverpool ke posisi dua klasemen dengan selisih 2 poin.

Di laga terakhir musim ini,The Citizen “hanya” akan mengahadapi tim peringkat 12, West Ham United di Etihad Stadium. Secara statistik, superioritas Manchester City memang tak terbantahkan. City mencatatkan 16 kemenangan dan mampu menorehkan 61 gol serta hanya kemasukan 13 gol di kandang musim ini.

Namun, pelatih Manchester City, Manuel Pellegrini, menyadari bahwa apa yang dikatakan Brendan Rodgers adalah sebuah perang urat syaraf yang diberikan kepada timnya. Vincent Kompany pun berpikir demikian. Mereka meyakini, the Anfield gank masih memiliki keinginan yang keras agar bisa menjuarai Liga Inggris bagaimana pun caranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun