Mohon tunggu...
Marsya Sinarani
Marsya Sinarani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan swasta yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gagal lagi Gagal lagi

20 Desember 2013   05:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:43 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegagalan adalah sebuah kata yang sebisa mungkin kita hindari dari hidup ini. Namun, apalah daya walau kita sudah berusaha mati-matian menghindarinya , kegagalan masih saja mampir dalam hidup kita. Semua manusia dipastikan 100% pernah mengalami apa yang namanya gagal, karena manusia tidak sempurna, termasuk pun saya.

Kegagalan mungkin akan menjadi pil pahit dalam hidup kita, tapi disisi lain kegagalan bisa menjadi imun pada diri kita. Begini ceritanya.

Saya ingin sekali bekerja di perusahaan berstatus BUMN. Semua BUMN yang membuka lowongan saya coba semua tanpa terkecuali. Awal tes mulus-mulus saja hingga saya bisa sampai tahap terakhir. Namun, ketika sudah sampai tahap terakhir saya selalu mengalami kegagalan bukan hanya sekali, kalau dihitung-hitung hampir  10 kali.

Awal kegagalan saya adalah di perusahaan P, sebuah BUMN yang mengurusi perminyakan. Saya sudah mengikuti semua tahap seleksi dengan sistem gugur dan akhirnya saya sampai juga ke tahap terakhir yang tinggal menentukan apakah saya diterima atau tidak. Ternyata saya tidak diterima padahal saya pikir perjuangan saya sudah maksimal. Sampai saya harus memberanikan diri datang ke kota S yang sama sekali tidak ada saudara atau teman disana. Satu minggu saya mengalami apa yang disebut ‘kecewa berat dan kesedihan mendalam’.

Kemudian saya pun mencoba lagi di perusahaan lain dan gagal lagi, mencoba lagi gagal lagi. Banyak kegagalan yang sudah saya alami tetapi makin lama sikap saya terhadap kegagalan tersebut tidak separah kegagalan pertama. Mungkin karena sudah sering gagal, hehhee. Akhirnya, saya menganggap kegagalan itu sebagai proses hdup yang mau tidak mau harus kita hadapi.

Kecewa itu pasti karena bohong jika kita biasa saja ketika kita mengalami kegagalan. Namun, yang salah adalah kecewa yang berlarut-larut. Daripada terus-terusan kecewa saya mencoba untuk berpikir positif, mungkin ini bukan rejeki saya dan saya akan mendapatkan tempat yang lebih baik asal saya tetap berusaha dan tidak sombong untuk meminta kepada Allah untuk ditemukan dengan yang terbaik, karena hanya Allah yang tahu yang terbaik buat saya.

Saya menjadi berpikir kegagalan itu ternyata dapat melatih diri kita untuk menjadi pribadi yang kuat. Tergantung dari bagaimana kita menyikapi kegagalan itu. Dengan melatih diri belajar menerima kegagalan, Insya Allah kita akan menjalani hidup ini dengan lebih mantap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun