Aku adalah lagu cinta yang menebar kebahagiaan
bagi setiap pendengar yang bersuka cita,
Sedang kasihku, kau adalah nada sumbang pada lagu sedih
yang mendekap erat setiap pendengar yang berkeluh kesah.
Aku adalah pagi yang membangunkan malam
melalui kicauan burung yang bertengger di luar jendela,
Sedang kasihku, kau adalah malam yang menelan senja
melalui guratan cemas jingga di ufuk Barat.
Aku adalah rindu yang menggugah hasrat dua sejoli
untuk segera bertemu memadu kasih,
Sedang kasihku, kau adalah cemburu yang menggebu
dan meluluhlantakkan suka hingga menjadi kepingan duka.
Aku, kasihku, adalah segala kemungkinan yang dapat
menyemai suka bagi setiap pembaca sajak ini,
Sedang kasihku, kau tak lain hanya kemungkinan
yang menelan segala
dan dengan terampil menghiasnya dengan duka.
Kasihku,
parasmu mengisyaratkan kesedihan
yang tak berkesudahan.
Â
Lantas,
bukankah lebih baik jika ...
Engkau (yang lebih banyak) menyemai suka,
sedang aku (yang akan) menelan duka(nya)?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H