Dalam berbagai diskusi yang saya dapat seperti inilah persepsi kita 1. Setua Si Raja Batak yang maksimal kira-kira 25 generasi sampai hari ini mengikut Tarombo Toba, dilawan kabar lainnya bahwa Munte (belakangan sudah mengerenkan diri menjadi Munthe-jangan lupa pake H sudah hampir 30 generasi lalu ada juga Selian yang katanya di Alas sudah ada 26 generasi). 2. Setua Karo karena Karo berasal dari Kerajaan Aru yang konon lebih tua dari point satu di atas, tapi Sifat Bajak Laut Aru (Tomi Pires - Suma Oriental) tidak kelihatan dalam kehidupan Saudara kita Karo (dan semoga memang tidak ada he .. he.. he.. canda kdkd) dan belum bisa dibuktikan sungai mana di Sumut yang bisa dilayari yang sampai membelah Sumatra (Tomi Pires - Suma Oriental), meski ada yang tulis sungai Babura. Kenyataan sungai di Riau yang bisa dilayari hingga Pekan Baru ke Selat Malaka dan sebaliknya hingga hari ini. 3. Setua Nagur, tapi jejak Nagur yang tertulis pengelanan asing yang saya temukan ada ditahun 1400-an, meski kabar dari Simalungun ada dari tahun 500 masehi. 4. Setua Mandailing, yang katanya nenek moyangnya punya kerajaan Holing (kalingga) sudah berdiri lebih tua dari item 1 diatas dan disebut sebut dalam sumpah Palapa Gajah Mada, sementara Majapahit sendiri pun sudah banyak mempertanyakan. Dan bukankah kerajaan Kalingga ada di Jawa? 5. Kemudian ada pengakuan keturunan Mpu Bada dari Pakpak yang mengatakan bahwa nenek moyang mereka petani Kapur Barus sejak Ribuan tahun lalu. Lebih masuk akal ini tetapi muatannya tetap lebih tua dari items 1 diatas. Lalu setua Apa Nenek Moyang kita? [caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Salah satu warga Desa Pandumaan yaitu Tohap Pandiangan di pohon kemenyan miliknya (kompasiana.com)"][/caption] Yang saya dapat setua sejarah Kemenyan, Kapur Barus dan Emas terbaik di dunia yang sejak ribuan tahun lalu telah di perdagangkan Nenek Moyang kita kemancanegara lewan pelabuhan Barus (Fansur)Tempo DOELOE. “Ha.. ha. ha.. ha..”, 2 orang teman yang mendengar kalimat saya tertawa terbahak bahak mendengar saya bilang ribuan tahun lalu nenek moyang kita sudah berdagang ke seluruh dunia. Kemudian saya katakan mereka Nama Sumatra itu dulu dikenal sebagai Taprobana (meski masih kontroversi beberapa ahli) yang sudah dicatat orang Yunani Megasthenes tahun 290 sebelum masehi (mengutip Wikipedia - meski ada sebagian mengatakan Sri Langka) dan saya katakan lagi nama lain Sumatra itu adalah Isle of Gold atau Island of Gold yang Bahasa Indonesia nya: Pulau Emas. Teman saya si Purba dan Karo-Karo makin tertawa terbahak-bahak, dan yang dari Jawa senyam-senyum (wah memang kelewat sopan Mas Suko ini - angkat topi deh sopannya). Saya kemudian lanjutkan bahwa itulah yang membuat Paus Menyuruh Raja Portugal dan Spanyol untuk menjelajah ke Timur ke Pulau Emas – The isle of gold – the Island of Gold, meski ketika penjelajah itu tiba tidak ditemukan Pulau emas itu. Pastinya ada apa di Timur Jauh sehingga Kekaisaran Ottoman Turki sangat kuat waktu itu. Teman si Karo itu pun mengatakan : “ Enak kalau bahas ini waktu libur di warung kopi seharian suntuk”. Dan keduanya kembali tertawa terbahak-bahak. “Ha…. Ha.. Ha..”, dan teman saya Si Mas Jawa tetap senyam-senyum aja. Lebih ketawa lagi mereka karena saya katakan bahwa Emas Persembahan Ratu Dari Timur itu dari kabar teman Kita Muslim bernama Ratu Bilqis sumber lain mengatkan Ratu Syeba (Dalam Alkitab tidak di sebut Namanya). Bahwa Ratu Syeba atau Ratu Bilqis ini membangun pembengkelan perhiasan yang disebut daerah Minangkabau, yang membawa emas sangat banyak melewati Sungai Lampung dan dibawa Jerusalem pada Raja Agung Salomo /Sulaiman- (Fernand Mendez Pinto - The voyages and adventures of Fernand Mendez Pinto). Dan juga ditulis disitu bahwa Ratu Syeba/Bilqis membawa anak Salomo kembali ke Negaranya meski tidak jelas apakah ini anak biologi Ratu ini Juga. Tetapi ada beberapa dari kita mengaku sebagai keturunan Jahudi. Meski dalam hati bebal dan tegar tengkuknya memang mirip, hi… hi… hi…, canda lagi. Belum banyak yang bisa kita buktikan karena kita masih sibuk pada diskusi keunggulan satu sama lain, belum pada kemurnian atau kebenaran sejarah sendiri. Sementara Media, dari Facebook, Twitter, Forum diskusi, Kompasiana, Blogger memungkinkan kita menulis dan mempublikasi tanpa harus ada tuntutan dan pertanggung jawaban, terlebih bagi mereka yang suka main cuplik sana-sini (saya masuk kategori ini juga kali?). Setua apakah Nenek Moyang Batak? Saya tidak tahu pasti, tapi setua hal beriktu ini: 1. Setua Sejarah Kemenyan terbaik di Dunia yang sudah di perdagangkan ribuan tahun lalu di Pelabuhan Barus/Fansur tempo dulu, yang jejaknya hampir musnah oleh pabrik Rakus Kayu PT Toba Pulp Lestari, Hutan Kemenyan yang dikenal dengan Nama Lokal “Tambak Haminjon” atau “Tambak Hamijon”di Daerah seputaran Danau Toba yang harusnya adalah kebanggaan akan sejarah peradaban Nenek Moyang. 2. Setua Kapur Barus terbaik di Dunia yang sudah di perdagangkan ribuan tahun lalu di Pelabuhan Barus/Fansur tempo dulu, yang mungkin karena kerakusan mesin PT. Toba Pulp Lestari juga akan mengejarnya tanpa ampun suatu saat nanti. 3. Setua Emas terbaik di Dunia yang sudah di perdagangkan ribuan tahun lalu di Pelabuhan Barus/Fansur tempo dulu, yang ada jejaknya di Batang Toru , dan tidak menutup daerah lain di Sumatra Utara yang konon melimpah tambangnya. Iya kita masih sibuk pada ego masing-masing dan sejarah Sriwijaya dan Majapahit sering menjadi acuan untuk menenggelamkan mereka yang kita anggap pesaing, meski jaman Majapahi Kerajaan Samudra Pasei Lagi Jaya-jayanya. Dan kita tidak pernah coba tahu apa sebenarnya tertulis dalam Prasasti Tanjore, yang hanya mencatat hanya dua tempat di Sumatra yang di tundukkan Rajendra Cola dari Colamandala (India) yaitu Sriwijaya dan Panai. Nenek moyang kita memang sepertinya tidak mengingini kita mengetahui sejarah sebenarnya, atau belum waktunya kita tahu saat ini. Tapi setidaknya saat ini, janganlah kita biarkan jejak-jejak yang tersisa akan sejarah besar leluhur kita tenggelam hanya oleh kerakusan Pabrik Kertas PT. Toba Pulp Lestari atau yang lainnya. MARI ada waktu untuk bersama. sumber http://batak.web.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H