Mohon tunggu...
Si Murai
Si Murai Mohon Tunggu... Editor - Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

“Do not ask who I am and do not ask me to remain the same. More than one person, doubtless like me, writes in order to have no face.” ― Michel Foucault

Selanjutnya

Tutup

Diary

Vesper

15 September 2022   15:21 Diperbarui: 15 September 2022   15:23 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Rasanya tumpah, ya, seperti hujan yang sekonyong-konyong dibanjurkan langit ke bumi beberapa hari terakhir ini. Aku terenyuh sesungguhnya, tapi kadang itu tak selalu bisa kuekspresikan. 

Air mata seperti tak cukup lagi menampung segala perasaan yang ditimbulkan oleh ketetapan ini. Pun dengan tawa, selepas apa juga aku melakukannya, semua itu tak akan pernah cukup. Rasa syukurku, rasa berharapku, semangat, kecemasan, semua melebur jadi satu yang itu tak akan bisa digambarkan dengan beribu-ribu bahasa yang ada sekalipun. 

Aku menjadi begitu rumit sekaligus begitu saru dengan nuansa alam semesta ini. Kadang aku berpikir, kadang aku merasa, kadang pula aku tak melakukan keduanya. Tapi, aku terus bergerak dan tak sempat lagi bertanya, siapa sesungguhnya diriku, bagaimana aku bisa melewati semua ini, apa kekuatan yang ada padaku? Aku bersedih atas keterbatasan ini. Andai aku bisa merengkuh segalanya...

Sekarang aku hanya bisa terduduk sambil menuliskan hal-hal yang masih bisa kutulis. Kusempatkan diri mendengarkan alunan yang menggugah jiwa, sebuah permainan piano Dries Riesen berjudul Vesper--doa senja kira-kira.


Ada yang kemudian merangkaikan diri begitu saja, membentuk sebuah konteks, dan aku pun kembali belajar memaknai semua ini; selalu belajar, setiap hari, setiap waktu, selalu kembali. Tak ada yang sanggup kucapai dari perjalanan ini selain diriku sendiri yang senantiasa berkaca sembari memanjatkan doa, kemudian bergerak lagi menuntaskan kehidupan.

Teruslah berjalan, tetaplah berbuat kebaikan. Badai, gersang, bukanlah urusanmu. Semua ini hanyalah metafora. Biarkan nurani yang mengajarimu, bukan yang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun