Nak, diajaknya kamu menari karena dalam menari kamu jadi tahu:
Rasa lapar itu semu
Kesedihan itu ilusi
Dalam ketakutan aku mendengar gerak tanganku sendiri, dan itu lebih besar!
Dalam kemarahan aku menghentakkan kaki, mengalunkan nada, dan seketika tersadar, tak ada yang bisa menari selain jiwa yang merdeka. Merdeka dari kesia-siaan yang dijejalkan dalam hidup: menimbun lemak, membikin sampah, menambah kantuk.
Lebih baik kita menari saja, Nak. Tarian proletar. Karena dengan menari aku jadi mengerti, pada akhirnya, tidak ada yang lebih kita butuhkan di dunia ini, selain sebuah pengertian bernama sensasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H