Saya terpukau sebab kisah Nash--dengan skizofrenianya yang hampir sembuh total setelah selama 30 tahun menggerogoti jiwanya--merupakan kasus langka.
Dia matematikawan yang genius, bahkan di rentang masa sakitnya, Nash masih mampu membuat makalah-makalah dari penelitian (salah satunya ditulis dalam bahasa Perancis yang dipelajarinya semasa sakit!), berceramah, dan menghadiri seminar matematika.
Dia seperti hidup di alam bawah sadarnya selama ini, tanpa ruang dan waktu. Dia tidak benar-benar menapak, tapi jiwanya telah "diisi" oleh kekuatan lain yang membuatnya bertahan. Dia menjadi tampak "normal" atau bahkan aneh sekali. Tapi, jelas, dia karya-Nya yang mengagumkan. Paling tidak, saya menilainya demikian.
Mengikuti kisah Nash, seperti menyelami kerja alam terhadap seorang anak manusia.
Sedikit Cerita tentang Skizofrenia
Sebuah lomba, dan sebuah kemenangan lagi.
Syukur atas hati nurani yang kita miliki,
Syukur atas kelembutan, keriangan, dan ketakutan yang ditimbulkannya,
Apalah kejahatan sekuntum bunga
Selain diam menunggu mati tanpa ada yang menangisi
--William Wordsworth,
"Intimations of Immortality"
Itu adalah semacam sajak yang tertulis di halaman depan buku biografi Nash, teruntuk Alicia. Kesembuhan Nash, banyak yang mengkaji, adalah akibat kebesaran hati Alicia untuk menerima Nash kembali (mereka sempat bercerai).
Dia kemudian merawat Nash, memenuhi kebutuhannya, mengasihi, menemani, bahkan mungkin hingga kematiannya pada 2015 silam (usia 86 tahun). Alicia sangat mencintainya. Dia sanggup menderita untuk mencintai Nash. Sekadar informasi, anak laki-laki mereka, mengidap skizofrenia juga.
Saya hampir selalu tertarik dengan keadaan-keadaan semacam ini. Entah kenapa, mungkin karena melihat kenyataan, betapa kompleksnya jiwa manusia itu dan delusi atau halusinasi bisa menghinggapi siapa pun. Siapa saja, bisa saja, berpotensi menderita skizofrenia. Secara alami, ketika stresor sedang tinggi, kita juga bisa merasa cemas atau sedikit menjadi paranoid. Tapi, mungkin itu masih wajar.
Skizofrenia itu dahsyat. Film "Black Swan" (2010) yang berhasil mendapatkan Academy Award untuk Aktris Terbaik, yaitu Natalie Portman sebagai pemeran utamanya, juga setidaknya bercerita tentang seorang pengidap delusi. Film yang sangat menarik sekaligus mencekam. Cerita yang lebih segar dan bernuansa fiksi-komedi, "Midnight in Paris" (2011), saya pikir juga mengusung tema yang setidaknya hampir sedikit sama, yaitu tentang orang-orang yang mengalami delusi. Owen Wilson (seolah) bertemu dengan tokoh-tokoh legendaris pada tiap tengah malam di Kota Paris.
Dia punya kehidupan yang jauh lebih hidup bersama mereka, bahkan dia jatuh cinta. Cerita yang manis dan "aneh". Academy Award juga menganugrahkan Skenario Terbaik untuk film tersebut. Tema-tema semacam ini, kenyataannya, sangat menarik, bisa menjadi indah, misterius, sekaligus mencekam. Masih banyak yang belum mengeskplorasi, dan tentu masih mendalam hal-hal menarik yang bisa diangkat dari sana, sedalam jiwa manusia itu sendiri.