[caption id="attachment_308395" align="aligncenter" width="300" caption="Rasain lu. Gua lu racun, gantian lu gua racun. 0-0. (http://tukangbasmirayap.com/)"][/caption] Mendem. Itulah yang saya dan kawan-kawan rasakan akibat bau bangkai tikus yang memenuhi ruangan kerja salama 1 minggu. 3 dari 7 karyawan tepar alias meriang gara-gara tidak kuat bekerja bersamaan dengan bau bangkai.. :D. Pada awalnya ada suara gaduh di eternit karena ulah tikus, karena terus mengganggu dibuatlah kesepakatan bersama (saya dan kawan2) untuk menghabisi tikus itu. Maka dibuatlah perencanaan pembunuhan dengan cara diracun. Kebetulan, mbok e ( yang masak ) punya cadangan racun tikus, tidak pikir panjang langsung saja racun itu di pasang di jalan dimana tikus itu sering lewat. Tahap pertama sukses. (kayak cerita film2) Selang 1 minggu kemudian, mulailah tercium aroma bangkai. Kami pikir, racun yang kami pasang tersebut adalah racun yang tidak hanya membuat tikus itu mati, namun juga kering tak berbau. Eh, ternyata salah racun. Ibarat pepatah, siapa yang menabur angin, dialah yang menuai badai. Dan benar saja, kami kena badai akibat merencakan pembunuhan tapi salah memilih racun. Karena Ruangan kerja ber-AC, otomatis selama seminggu, AC di matikan, dan tiap karyawan mengenakan masker. Panas, bau, dan "puyeng-puyeng" jadi satu. Rasa-rasanya 24 jam kerasa seminggu. Makan gak nafsu, minum g enak... ( duh gusti..) salah satu teman saya berseloroh " Mungkin tikusnya itu sebelum mati telah bersumpah, bahwa dia mati g apa2, asalkan yang meracuni juga ikut merasakan penderitaannya". 1,2,3 hari masih pada kuat. Seminggu kemudian, 3 karyawan tak berdaya akibat "diracuni" oleh mendiang tikus (meriang). Tikusnya mati karena diracun, setelah mati, gantian jadi racun. alhamdulilah setelah kurang lebih seminggu, baunya berangsur-angsur hilang. AC kembali di nyalakan, kerja kembali nyaman. Cukup sekali ini meracun tikus dengan racun yang biasa (hanya mati), besok-besok lagi lebih baik menggunakan racun yang membuat mati+kering (tidak bau). Tikus :" Syukurin lu... " salam Brrr.... dingin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H