[caption id="attachment_307821" align="aligncenter" width="389" caption="Disambut banjir di pintu masuk pasar sebelah utara (doc.pribadi)"][/caption] Kalau pasar ini terlihat kumuh, semrawut (namanya jg pasar), dan becek itu sudah biasa. Tapi kalau pasar ini kumuh, semrawut, dan BANJIRR itu bukan pemandangan yang biasa bagi saya. Wong meskipun tidak banjir pun, sebenarnya bukan pemandangan yang biasa, tapi bagaimana lagi, terpaksa di biasa-biasain, ntar kan jadi biasa.:D Sebagai warga kecamatan Mranggen, saya merasa sumpek melihat pasar ini. Sumpek dari sisi manapun. Dari sisi belakang, terlihat sangat kumuh, karena tidak adanya atap, membuat setiap pedagang membuat atap sendiri dari plastik yang dipasang saling bertumpukan plus berwarna warni. Tambah lagi kalau pas hujan, tiba2 byurrr.. air tumpah karena plastik tidak kuat nahan beban air, kalau pas ada orang lagi belanja di bawahnya, ya menjadi rejekinya mungkin. Dari sisi barat, timur serta selatan, sumpek karena pedagan berjualan ditrotoar, sehingga macet di sekitar pasar sudah menjadi pemandangan yang sangat sangat dan sangat biasa. Jika masuk dari belakang, duh... dah, pokoknya sangat sumpek.
[caption id="attachment_307822" align="aligncenter" width="400" caption="Hujan deras hr ini, tidak menyurutkan para pedagang dan pembeli untuk datang ke pasar, hem.. (doc.pribadi)"]
[/caption] Saya melihat pasar ini sebagai peluang, peluang besar karena pasar ini terletak di Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Semarang bagian Timur. Ditambah, Kecamatan ini paling padat penduduknya. Kalau bisa menata pasar ini dengan baik, hem.. tidak menutup kemungkinan, akan menjadi nilai tambah buat Kabupaten Demak, juga tidak ketinggalan masyarakat sekitarnya, mengingat pedagang yang berjualan di pasar ini adalah masyarakat sekitar. Saya coba tanya ke beberapa pedagang, apakah pernah ada rencana untuk memperbaiki pasar ini? Jawabnya dengan penuh.. pesimis. "ket kae yo mung rencana wae mas, nganti saiki yo ra no hasil e ". Ada juga yang bercerita, tidak segera di laksanakannya penambahan infrastruktur pasar ini karena memang terdapat penolakan dari pedagang. Saya langsung teringat dengan jokowi ketika menertibkan pasar di solo. Ko beliau bisa ya?. Karena saya pikir setiap kebijakan pasti ada yang pro kontra, tapi sebagai pemimpin harus tegas memutuskan demi kebaikan rakyatnya sendiri. Seandainya pasar ini bisa dibangun lebih besar. Bertingkat untuk menampung pedagang agar tidak pada berjualan di trotoar, saluran air di perbaiki, pembuangan sampah di manajemen, serta masyarakat yang terus di edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan pasar karena jika pasarnya bersih, orang tidak akan sungkan berkunjung untuk membelanjakan uangnya sehingga pedagang sendiri yang diuntungkan. [caption id="attachment_307824" align="aligncenter" width="416" caption="Aliran air menuju sungai (selatan)"]
[/caption] [caption id="attachment_307825" align="aligncenter" width="422" caption="Duh ibu ini... (doc.pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_307826" align="aligncenter" width="415" caption="Kadang... Lapar bisa mengalahkan segalanya (doc.pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_307827" align="aligncenter" width="416" caption="Awas bokong .. Awas bokong "]
[/caption] Semoga, pasar ini lekas diperbaiki... :)
Salam Brrrrr... dingin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya