Mohon tunggu...
Simpet Soge
Simpet Soge Mohon Tunggu... Administrasi - Bapak dari seorang putra.

Anak bengkel. Punya blog di simpetadonara.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Qasidah Anak Pesantren Ramaikan Syukuran Calon Pastor

31 Agustus 2015   13:01 Diperbarui: 31 Agustus 2015   13:18 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih di bulan Agustus nih, saya punya kisah wara wiri hari Sabtu
tanggal lima belas kemarin. Kebetulan sedang jadi tamu, saya diajak
seorang sohib keliling-keliling kota Maumere. Salah satu tujuan kami
adalah seminari (sekolah agama katolik) di wilayah perbukitan. Ada
acara resepsi syukuran di sana, dan seperti yang biasanya pasti
berlangsung pentas hiburan.

Mulanya kami saksikan penampilan band anak seminari yang naik
panggung. Tapi tidak itu saja. Beberapa saat kemudian si emsi
mendaulat anak lain untuk ikut mengisi acara. Sembilan santri putri
yang kemudian memperkenalkan diri berasal dari pesantren Wali Songo
Ende pun tampil di depan sana dengan rebana. Hadirin yang hampir
seribu orang pun menyambut dengan aplaus.
''Wahai kaum berjubah putih, harapan perdamaian bagi umat.......''
begitu bunyi penggalan syair kasidah yang mendayu-dayu memecah
keheningan ruang aula.

Acara syukuran ini sendiri merupakan ungkapan kegembiraan karena
beberapa jam sebelumnya telah berlangsung seremonial kaul kekal alias
sumpah hidup membiara dari kaum berjubah putih, yaitu para frater yang
akan menjadi pastor. Dan bagi sebagian orang, lantunan kasidah di
acara syukuran ini tidak sekedar syair biasa. Bisa jadi syair ini
berisi doa dan harapan. Maklum, para frater yang adalah anak-anak muda
ini rata-rata lahir di NTT dan akan diutus menjadi misionaris ke
tempat jauh. Dari keduapuluh tiga frater, hanya empat orang yang
mendapat tempat tugas di Indonesia. Sisanya akan diutus ke luar negeri
terutama ke negara-negara Afrika.

Pasti nih ada yang tanya, kok rela-relanya ya teman-teman santri ini
jauh-jauh datang dari Ende ke Maumere? Ada alasannya tentu. Ternyata
salah satu frater yang ikut menjalani sumpah membiara hari itu telah
menjalani masa praktik di lembaga pendidikan yang dikelola  pesantren
ini.

Di Flores, kaum muslim dan kristen hidup berdampingan. Sering satu
rumah tangga beranggotakan umat muslim dan kristen sekaligus. Mereka
saling menghargai serta selalu berbagi kegembiraan satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun