Mohon tunggu...
Simpet Soge
Simpet Soge Mohon Tunggu... Administrasi - Bapak dari seorang putra.

Anak bengkel. Punya blog di simpetadonara.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dilema Adonara Fund

14 Juli 2014   09:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14052818361798035541

[caption id="attachment_333568" align="aligncenter" width="289" caption="Gambar: http://www.clmlaw.co.uk"][/caption]

Perkenalan pertama saya dengan yang namanya Adonara Fund (AF) berlangsung tidak cukup baik. Saya sengaja dibajak oleh beberapa teman, diundang untuk membicarakan buletin Pemuda Adonara Bangkit (PAB), eh kaget-kaget dipaksa ngobrol tentang AF seolah-olah saya sudah paham dan sepahamserta menyatakan diri bergabung.

Makhluk apakah AF itu? Mesti telusur dulu di Google nih. Ternyata, yang namanya fund adalah lembaga penggalang dana. Ada macam-macam fund, dan yang satu ini tampaknya mirip trust fund alias dana sosial. Buat yang pernah nonton felem Discepable Me part I, di sana sempat nongol tulisan ini di sebuah ruangan Bank. “Trust Funds,itu tertulis di sana. Sipit-sipitlah tapi tampaknya seperti ini.

Anehnya, di forum dunia maya (semoga orang-orangnya nyata dan bukan maya)banyak yang bicara bahwa di tempat fund ini tidak hanya menghimpun dana, tetapi juga keterampilan dan pengetahuan, informasi dan lain-lain. Tak dirinci bentuk simpanannya seperti apa, tempat simpannya bagaimana, siapa yang jaga, siapa yang rawat, siapa pengguna, apa itu memang penting, dan lainnya. Padahal, lembaga yang lebih sesuai untuk tempat menghimpun pengetahuan dan semacamnya adalah ‘institut’. Sementara untuk meneruskan keterampilan, lembaga yang dipakai di mana-mana sejak jaman baheula disebut dengan nama ‘akademi’. Nah, apa si institut dan si akademi bisa beribu bapakkan si fund ini? Entahlah.

Saya lebih memandang forum dunia mayadisebut sajadengan nama ‘kerumunan’, sebuah istilah tentang himpunan orang yang punya kepentingan berbeda-beda meski dipertemukan dalam satu ruangan fisik ataupun ruang virtual yang sama. Di dunia maya -dunia kerumunan itu- sempat dikatakan dan juga dikutip oleh para punggawaAF dalam beberapa kesempatan bahwa AF ini ‘tidak usah dibicarakan, tapi dilakukan’.

What? Kalau untuk hal sederhana, itu mungkin. Tetapi untuk hal selevel AF ini? Membicarakan AF memang bukan dimaksudkan untuk adu pintar di pentas debat, tetapi bagaimana aturan-aturan dan tatakelola lembaga dapat diterima oleh segenap pihak yang ingin bergabung sehingga dapat dengan yakin dan percaya mengambil manfaat dari uang mereka untuk hal yang berguna.Ini seperti perumpamaan bahwa permainan harus lebih dahulu dijalankan setelah aturan permainan tersebut ditetapkan. Sepakbola akan rusuh kalau peraturan bahwa memegang bola dengan tangan hanya boleh dilakukan oleh penjaga gawang tidak terlebih dulu disepakati.

Lagipula pernyataan ‘tidak usah dibicarakan’ entah datang dari siapa dan bagaimana idenya masih belum begitu terang. Dan kata-kata tersebut sudah pasti tidak dapat dipegang. Ia mewakili siapa? Apakah ia paham sepenuhnya tentang resiko keberadaan lembaga yang sepenuhnya berlandaskan pada kepercayaan terhadap para pengelola? Apa bisa dijamin bahwa ia tidak asal bicara?

Jelasnya: semua ide belum pasti. Mengorbankan sebuah hal besar pada ide yang datang dari sebuah ‘kerumunan’ adalah hal yang konyol. Bagi para pemegang dana mentah di tangan, dalam pilihan-pilihan mereka tentu ada yang lebih mendesak ketimbang lembaga yang belum dimatangkan ini. Lagipula, kalau untuk kepentingan investasi, orang bisa saja memanfaatkan lembaga lain yang lebih terpercaya.

Eh, sesekali tak apalah berdiri sebagai penonton yang keceplosan atau sebagai juri. Pembawaannya satu. Memberi penilaian. Entah absah entah tidak. Yah, banyak yang menilai bahwa ide dasar Adonara Fund ini bagus. Ide gelekat. Meski begitu, harus diakui bahwa ide gelekat itu sendiri secara teknis belum ada yang sepaham. Kalau soal gelekat dalam hubungan kekerabatan, juga dalam hubungan suku, kampung, dan lainnya terkait kegiatan sederhana, itu bisa diidentifikasi. Tetapi konsep gelekat yang lebih jauh belum ada penjelasannya yang bisa dimengerti dengan suara bulat oleh siapapun. Pekerjaan rumah bagi para ilmuwan, sosiolog, dan pakar-pakar kemasyarakatan yang lain.

Ide dari Bung Hila, yang juga sempat dikutip oleh Boro Beda pada pertemuan di Basa Orong Tewa Honihama, yaitu agar orang Adonara yang berada di luar Adonara bisa punya sumbangsih sesuatu untuk Lewotana. Sumbangsihnya, meski ini bukan satu-satunya patokan, yaitu melalui sumbangan dana mentah alias “Doi mar’ang” dalam istilah kampung. Ada kesimpulan sederhana bahwa idenya adalah menghimpun dana dari luar Adonara. Filosofinya, bahwa siapapun yang berdomisili di Adonara sudah melakukan kerja gelekat setiap hari, sementara yang dari luar belum melakukannya. Dalam hal ini, penggalangan dana cukup dilakukan oleh orang orang dari luar Adonara. Tentu saja bagi yang sudah bekerja dan punya penghasilan.

Meski ide dasarnya bagus, penjabarannya tak serta merta sama bagus. Memang secara ide, ini bisa dijadikan langkah awal, bahwa konsep untuk membangun Adonara lebih baik bagi putra-putri Adonara secara keseluruhan sudah diperkenalkan dan tonggaknya telah berdiri serentak saat ide ini dipikirkan.

Tetapi fakta umum yang tidak bisa dipandang remeh bahwa orang hanya akan menyumbang setelah diberi proposal atau usulan kegiatan dan mereka menyumbangkan sesuatu dalam bentuk barang atau uang yang sudah diproyeksikan ke bentuk barangnya. Sedangkan bantuan uang untuk kemudian dipikirkan peruntukannya pada saat belakangantampaknya belum merupakan ide yang populer. Jadi, bisa disimpulkan bahwa ide tersebut sudah bagus, tetapi penjabarannya dalam bentuk suatu lembaga atau tatakelola tampaknya belum mengena.

Latar belakang.

Secara lembaga, tidak ada kaitan antara Adonara Fund ini dengan lembaga atau pihak lain, katakanlah dengan Fund atau lembaga dana yang telah dahulu berkiprah. Bung Hila sendiri adalah seorang tenaga pendidik, sebelumnya pernah menggalang dana untuk pengadaan buku dan fasilitas perpustakaan desa Pledo. Ini berarti bahwa pihak yang bersangkutan bukanlah orang yang pernah bersinggungan dengan aktivitas lembaga finansial ataupun lembaga dana.

Kegiatan sosialisasi dan tukar pikiran pernah berlangsung di Bali dengan dihadiri oleh Yusdi Diaz dan kawan-kawannya. Kurang tahu apa kaitannya karena tokoh Lamaholot ini terang saja tidak lekat kaitannya dengan lembaga yang memakai embel-embel Adonara. Sementara di Kupang, sudah dilakukan pula pertemuan dengan jangkauan peserta yang datang karena ketokohan dari Witihama. Terbukti dari forum yang hadir hanya sebatas kalangan tertentu. Juga di pihak Pepak Kelu, sebab salah satu pengurusnya adalah dari kecamatan ini.

Bung Hila sendiri mengatakan bahwa susah diterima kalau kegiatan AF berlangsung dengan keberadaan seorang single fighter. Harus bersama-sama. Tetapi kalau idenya masih belum dapat diterima kalangan umum, tampaknya masih beresiko hadirnyasi single fighter ini.

Jelas, ide tersebut memang tampaknya masih hanya diterima kalangan terbatas, yaitu anak muda yang belum banyak bersangkut-pautdengan lembaga keuangan atau semacamnya, dan sosialisasi pun berlangsung di kalangan mahasiswa dan anak muda, dan itu tidak dapat disimpulkan sampai kepada pihak yang sebenarnya menjadi sasaran bidik penghimpun dana bagi lembaga ini, yaitu orang yang sudah punya penghasilan. Sebab informasi keberadaan lembaga ini mesti sampai kepada pihak yang akan menyumbangkan uangnya, bukan kepada orang muda dan mahasiswa yang justru belum punya penghasilan sendiri. Lalu, untuk apak sosialisasi ini? Dengan cara apakah pesan ini sampai ke orang yang tepat? Dengan menjadikan para mahasiswa sebagai juru bicara, padahal mereka bahkan belum secara mendalam memahami? Dan sangatlah ganjil kalau para penyumbang akan berderma setelah mendapat cuci otak dari bocah-bocah sekolahan ini.

Dalam forum pertemuan sebelumnya di Basa Orong Tewa yang juga diamini oleh pihak AF, telah juga dimasukkan usul dari forum bahwa harus ada sosialisasi mencakup seluruh Adonara dan ide ini diketahui oleh simpul-simpul dari bagian lain Adonara secara teritorial.

Forum AF kembali dibuka di Adonara pada Jumad 12 Juli 2013 lalu, bertempat di Aula PIM Witihama. Di undangan tertulis tujuan dibukanya forum pertemuan ini: sosialisasi dan tukar pikiran. Mula-mula Bung Hila memaparkan tentang permasalahan yang dihadapi masyarakat, dari infrastruktur, lingkungan, pengangguran, dan lainnya. Dan sim sala bim, AF datang menyelesaikannya. Hehe tentu tidak. Ini loncatan logika yang terlalu jauh tentu.Tentu ada penghubungnya kalau mau dicari.

Menurut Hila, ada dua lembaga di sini, yaitu lembaga Adonara Fund dan lembaga pemanfaat. Dan Adonara Fund bukanlah lembaga pemanfaat. Lembaga pemanfaat adalah lembaga lain.

Konsepnya adalah mengumpulkan uang dari luar untuk kemudian dipakai untuk tujuan tertentu. Tetapi dikatakan pula dengan istilah peminjam, dan dananya bisa dikembalikan. Nah, yang ini kedengaran seperti lembaga finansial.

Di forum yang sama, Ama Yudas mengusulkan bahwa ide ini tidak usah dulu dibawa ke masyarakat. Sebab sosialisasi ke masyarakat adalah hal yang sulit diterima selama kiprah lembaga ini belum nyata. Menurutnya, sosialisasi si luar Adonara ada kemudahannya karena adanya Ikatan Keluarga Adonara (IKA) di sejumlah kota dan daerah di luar Adonara.

Ama Jamhar pun sempat mengutip keraguan dari teman-teman di media pertemanan online yang sempat berceletuk bahwabelum apa-apa sudah omong dana.

Ada informasi pula bahwa telah dibuat akta untuk legalitas lembaga, tetapi aktanya berupa akta Yayasan. Apa bisa sebuah lembaga keuangan dengan akta Yayasan? Padahal dalam yayasan, setiap harta pribadi dipisahkan dari harta yayasan. Sementara dalam lembaga keuangan, harta pribadi tetap harta pribadi dalam bentuk simpanan. Kalau lembaga dana, barangkali bisa karena jika aktivitas pada dana sosial akan kompatibel dengan yayasan.

Dari Ama Arifin ada ide tentang pemasaran online.

Dari forum tampaknya konsep tersebutbelum diterima baik di kalangan orang tua. Dari peserta ada yang berasal dari Kopdit dan meragukan target pengumpulan uang. Sementara seorang peserta lainnya, Ama Kasman dengan latar belakang PNS pun berpendapat dengan nada serupa. Tapi menurutnya, kalau memang hendak dijalankan, perlu ada sosialisasi kepada kepala desa, dan perlu juga dibuat sosialisasi berupa leaflet.

Ama Kamilus tetap konsisten dengan sebelumnya, bahwa langkah pertama adalah menggalang dana dengan kemampuan sendiri dari dalam Adonara, baru kemudian dari luar yang membantu. Konsep ini tampaknya pernah berulangkali dipertahankan Ama Kamilus dalam pertemuan di Basa Orong Tewa tetapi diacuhkan forum. Tetapi ia mengajukan pula mengenai data tentang bagaimana setiap rumah tangga kini punya semakin banyak utang dengan menjamurnya lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendanaan.

Ama Mias yang adalah seorang tokoh masyarakat setempat sempat mengatakan bahwa apa yang sudah direncanakan supaya dijalankan, jangan sewenang-wenang melanggar apa yang sudah menjadi kesepakatan.

Informasi dari Bung Hila, sudah dibentuk pula tim koordinasi’ dan kadang juga disebut ‘tim konsolidasi Adonara Fund.Sementara di Jakarta, Bekasi, Yogya, dan Kupang kabarnya sudah ada pertemuan awal. Bulan Januari tanggal 11-12 kemarin pun sempat ada pertemuan di Bali. Tetapi tidak banyak yang hadir karena berbagai sebab.Ada pula rencana yang diajukan. Pada Juli 2014 akan ada Mubes untuk menetapkan kekuatan hukum yang tertinggi AF.

Akhirnya, Selamat Mempersiapkan Mubes AF.

Mari Wujudkan Semangat Gelekat

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun