Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

KUD

31 Agustus 2022   11:34 Diperbarui: 31 Agustus 2022   11:35 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pawai kemerdekaan itu menyedot penonton dari seantero Kuningan. Panas terik matahari terbayar dengan beragam tampilan peserta karnaval yang menghibur. Aku salah satu dari penonton yang berdesakan di sepanjang jalan utama kota, Jalan Siliwangi.

"Itu sapina," (Itu sapi-nya) seru saudaraku.

Dari kejauhan patung sapi di atas kol buntung yang dihias semakin mendekati tempat kami. Kehebohan berita Koperasi Unit Desa (KUD) Dewi Sri akan mempertontonkan tampilan fenomenal pada pawai agustusan sudah berlangsung jauh-jauh hari di kampungku. Aku berdecak kagum. Sebagai warga Desa Cisantana, keberadaan patung sapi yang mewakili desaku itu membuatku bangga. Siapa tidak bangga, patung sapi seukuran sebenarnya terlihat mirip sekali dan mendapat sambutan meriah dari penonton pawai.

KUD Dewi Sri mengisi lintasan sejarah desaku. Koperasi yang diketuai oleh Pak Kusmadio ini berhasil mengangkat citra Desa Cisantana sebagai salah satu desa dengan perkembangan pesat. Layanan yang ditawarkan KUD - peternakan sapi perah mendapatkan animo masyarakat yang cukup tinggi. Perlahan-lahan wajah desa kami berubah dari yang semula murni pertanian menjadi pertanian dan peternakan. Ladang dan sawah yang awalnya ditanami sayuran, padi dan palawija sebagian beralih fungsi ditanami rumput. Mengapa rumput? Karena para petani yang sudah beralih menjadi peternak membutuhkan pakan untuk ternak sapi perah mereka.
 
Sebagian dari para peternak ini mendapatkan bibit sapi perah dari pinjaman KUD. Bagi yang memiliki dana mereka membeli bibit atau anakan sapi perah dari peternak lainnya. Sapi-sapi yang mereka pelihara umumnya adalah sapi betina. Dari sapi betina inilah para peternak mendapatkan keuntungan memerah susu yang dilakukan setiap pagi dan sore. Susu ini lantas disetorkan ke gudang KUD, ditakar dan dicatatkan. Sebulan sekali para peternak akan 'gajian'  - mendapatkan pembayaran dari penjualan susu sapi ini. Semakin banyak mereka memelihara sapi perah, maka semakin besar peluang mereka mendapatkan 'gaji' yang tinggi karena volume susu yang disetor.

Aku mengalami memerah susu sapi. Bapakku beralih dari memelihara sapi daging ke  sapi perah setelah mendapatkan anakan sapi dari teteh(sebutan untuk nenek dari ibu). Karena itu pula aku mengalami memandikan sapi, membersihkan kotoran sapi juga memerah sapi. Diajari oleh bapak, sebelum memerah, kandang dan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu. Ekor sapi harus diikat agar tidak mengganggu selama proses pemerahan. Keumumannya kandang sapi, lalat jamak ditemukan dan menjadi binatang pengganggu sehingga dengan kibasan ekornya sapi mencoba mengusir lalat. 

Dengan mengambil posisi yang tepat - jongkok atau duduk di dingklik, aku mengoleskan margarin di puting susu sapi sebagai pelumas. Dalam posisi puting di antara telunjuk dan ibu jari,  aku mulai memerah susu. Di awal-awal aku kesulitan mengeluarkan cairan susu dari puting. Setelah berkali-kali mencoba, akupun terbiasa dan bisa mengukur kekuatan tekanan dan perahan tanganku. Susu yang memuncrat ditampung di ember. Aku menghentikan kegiatan memerah sapi ini setelah tidak ada lagi susu yang keluar. Setelah puting susu dibersihkan, susu sapi disetorkan ke gudang KUD.

Dalam perjalanannya KUD Dewi Sri memberikan dampak besar bagi sebagian penduduk desa. Keberhasilan keluarga-keluarga mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah, pengadaan kebutuhan primer dan sekunder untuk keluarga dikarenakan salah satunya penghasilan para peternak. KUD berhasil memberdayakan warga desa. Hanya, ibarat kapal yang semakin melambat dan susah bergerak karena disorientasi dan beban muatan, KUD Dewi Sri perlahan menuruni titik nadir hingga tiarap dan hanya menjadi kenangan sejarah. Setelah sekian tahun KUD melayani para peternak di desaku, akhirnya koperasi inipun bangkrut. Semenjak itu, jumlah peternak semakin menyusut. Peternak sapi yang bertahan dilayani koperasi susu di desa tetangga.

Apapun cerita sebenarnya dibalik kejatuhan KUD Dewi Sri ini, sebagai anak remaja dan warga desa  yang mengalami masa-masa prima KUD ini, aku tidak menyangsikan peran penting KUD ini dalam memberikan segurat citra untuk desa kami.*** (Bandung, 30 Agustus 2022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun