"Isukan tong poho ka pasar." (besok jangan lupa ke pasar) Ibuku berkata sebelum pergi tidur.
 Mataku tak beralih dari layar TV. Tayangan film The A Team menyedot perhatianku.Â
Tapi tentunya aku menyimak kata-kata ibuku yang aku panggil mimih.Â
Tak bisa kusangkal sosok inilah yang mengenalkanku pada pengalaman berjualan.Â
Menjelang subuh aku sudah berkendara angkutan desa, mobil kuning dengan pintu di belakang dan dua bangku memanjang di sisi kiri kanan mobil.Â
Kendaraan inilah yang menjadi penghubung desa kami di kaki Gunung Ciremai dengan pusat kota Kuningan.Â
Kabin supir dan penumpang terpisah seperti truk sehingga penumpang mesti memencet bel sebagai tanda bagi supir untuk menghentikan kendaraan.Â
Bersama dengan penumpang lainnya yang hendak berbelanja ke pasar, aku menggigil karena hawa pegunungan pagi yang merajam kulit.
Bapak dan mimih sudah berangkat lebih awal. Pukul 1 dini hari mereka meninggalkan rumah dan menyiapkan lapak sayuran.Â
Aku menjadi saksi roda kehidupan yang mereka alami.Â
Semula mereka menempati lapak berjualan di tempat yang strategis di dalam pasar namun karena renovasi pasar mereka menjadi salah satu pedagang sayur yang tersingkir.Â