Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

(5) Menghitung Rahmat: Selamat Jiwa karena Beasiswa

16 Mei 2021   00:10 Diperbarui: 16 Mei 2021   00:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jendelailmudunia1.blogspot.com/

            Mobil angkutan pedesaan yang kutumpangi dengan salah satu kerabat jauhku tiba di kota Kuningan. Dengan tujuan yang sama kami  hendak membeli koran Pikiran Rakyat  untuk mengecek hasil Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Kerabatku itu lebih muda 1 tahun. Jadi dia fresh graduate SLTA sementara aku menganggur 1 tahun. Sesuai dengan kesepakatan kami akan membeli koran dan tidak langsung mengecek hasilnya. Kami akan mengecek ketika tiba di rumah dengan alasan agar lebih leluasa dan tenang. Maka setelah membeli koran, kamipun langsung menaiki mobil angkutan pedesaan yang akan membawa kami kembali ke desa.

Bisa dibayangkan perasaan kami selama perjalanan. Antara penasaran, khawatir, takut dan berharap. Kami tidak banyak bicara. Masing-masing sibuk dengan pikiran masing-masing. Sepertinya campuran berbagai perasaan tersebut mengerem kami untuk bercakap-cakap. Rupanya, aku kalah sabar dibandingkan kerabatku. Ketika mobil menaiki tanjakan di sekitar Balong Girang, kolam ikan besar, aku membuka koran dan mencari-cari namaku. Dan.... namaku tercantum!! Artinya aku lolos UMPTN. Bisa dibayangkan rasa girang yang membuncah. Melalui perjuangan yang tidak mudah, aku diterima di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Bandung. Sayangnya, nama kerabatku tidak tercantum.

Status  mahasiswapun kusandang. Pengalaman kost di kamar ukuran 2 kali 3 meter dengan dapur dan kamar mandi umum tidak terlupakan. Orientasi mahasiswa baru dengan tugas-tugas yang dimasa sekarang dianggap  sebagai kesia-siaan juga kualami. Beragam pengalaman itu tentu tidak dilepaskan dari satu hal ini: bea siswa Pendidikan. Aku akan terus mengenang sang rohaniwan katolik yang setiap awal semester kutemui untuk menunjukkan transkrip nilai dan mendapatkan dana kuliah. Tanpanya, jalan hidupku pasti berbeda. Dalam hal tertentu mungkin karena doanya pula bahwa aku mendapatkan kesempatan yang lebih besar lagi: cuti kuliah satu tahun. Tentu dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam salah satu kelakarnya, di semester 1 beliau mengucapkan sepertinya aku harus ke Inggris untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris ketika melihat dua nilai D bertengger untuk mata kuliah listening dan speaking. Kelakar yang tidak kuanggap serius ternyata di kemudian hari menjadi kenyataan ketika akupun berkesempatan ke  Jerman dan Amerika. Untuk apakah? Tentunya akan lebih seru bila kuceritakan di tulisan selanjutnya. Pengalaman mengunjungi dua negara ini pun pastinya sangaat kusyukuri.*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun