Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Niki Pergi ke Jepang

2 Desember 2020   11:32 Diperbarui: 2 Desember 2020   11:41 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          "Iya... kedubes Jepang. Tentang pertukaran pelajar!" jawab Niki.

           Hati Bu Mara mencelot mendengar nama ini. Tubuhnya mendadak dingin. "Ayo, masuk dulu. Kita bicara di dalam," ujarnya seraya mendahului Niki masuk rumah. 

          Perempuan separuh baya menghempaskan pantatnya ke sofa yang memudar warnanya. Tangan Bu Mara menjangkau telepon genggam yg disodorkan Niki. Matanya menyusuri kata demi kata surat elektronik "Perwakilan tim verifikasi akan berkunjung ke kota Anda dan melakukan wawancara..."

          Pandangan Bu Mara beralih pada Niki yang duduk disampingnya. Mata Bu Mara berkaca-kaca. Tangan kirinya merangkul Niki yang bersandar di bahunya. Dia tak besuara. Ditariknya kepala anaknya dan diciumnya ubun-ubun Niki. "Semoga impianmu menjadi kenyataan," katanya terbata. 

          Nikipun mengerjap. Ia tidak berusaha menyeka air matanya. Matanya mengekor pandangan ibunya yang mengarah pada foto dalam bingkai di dinding. Foto Sukamto Pranoto, ayah Niki. Tiga belas tahun lalu hanya kabar yang tiba di telinga keluarga Niki. Kepala keluarga itu tersaput gelombang saat menjadi tenaga kerja Indonesia di Jepang. Kabar yang mendukakan, tak terbayarkan oleh uang duka sekalipun yang menjamin pendidikan Niki. Dan sekarang Niki berkesempatan untuk menjejakkan kaki di tanah ayahnya tiada.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun