"Bapak dukung kamu. Semoga berhasil." Pak Yogi menyodorkan surat keterangan yang baru saja ia tandatangani.Â
     "Terima kasih Pak," jawab Niki. Pikirannya langsung berpikir apa yang perlu selanjutnya ia lakukan. Memindai dokumen dan mengemail file.    Â
     "Beres," pikirnya.
***
     "Lha, dari mana saja kau Nik?" Teriakan Ridwan terdengar sampai ke luar kelas. Niki berbalik bermaksud menghindari Ridwan.
     "Tidak segampang itu." Ridwan mengejar Niki. Tangannya menarik tas ransel Niki.Â
     "Sudah mau bel, Rid," sergah Niki. Dia tidak berusaha mempertahankan tasmu.
     "Ya tidak apa-apa. Paling juga Pak Jemu telat datang. Seperti biasa." Ucapan Ridwan terhenti ketika melihat kepala yang melongok ke dalam kelas.
     "Ada yang panggil Bapak?" suara itu sontak membuat Ridwan berhenti menggeledah ransel Niki.
     "Kelakuanmu, Ridwan. Tidak berubah. Kamu cari buku ini kah?" ujarnya lagi seraya menunjukkan buku bersampul koran.
     "Emm..." Ridwan gelagapan. Tertangkap basah.
     "Niki, sana kamu sudah ditunggu yang lain. Sebentar lagi berangkat. Kalau telat bisa didiskualifikasi.. Ketua kelas siapakah? Tolong nanti ke kantor guru ambil tugas. Bapak harus dampingi lomba. Buku Niki Bapak bawa biar jawabannya tidak kamu salin ramai-ramai."
***