Kala itu tepat di malam jumat kliwon tahun 2012 para supir angkot membunuh kawannya yang berprofesi sama dengan mereka yaitu supir angkot bernama Tungir. Pertengkaran sebelum kematian Tungir sempat terjadi, bunyi pertengkaran: “Apa kau Tungir, macam kau preman topnya di pangkalan rarayu ini.” Karena situasi pertengkaran makin panas maka pisau, parang, dan balok yang sengaja disediakan diambil teman-teman pangkalan Tungir dari dalam angkot 1003 dan dipergunakan menghantam tungir dari belakang. Tungir menjerit sebelum kematiannya “Ago Amang, haciit nai.” Sembari tungir menjerit dia tetap melakukan perlawanan sampai mati.
Akan tetapi para pembunuh Tungir melarikan diri ke daerah-daerah yang sulit dijangkau polisi, sehingga setelah pemakaman Tungir, 6 bulan kemudian sampai tahun 2014 ini roh Tungir dipercaya bangkit dan menuntut balas, karena selama ini isteri dan anak-anak tungir sering mengeluh dikubur tungir bahwa para pembunuh Tungir belum bisa di temukan polisi.
Menurut cerita warga di seputaran pangkalan angkot rarayu, awal kebangkitan Tungir dimulai dari penampakan-penampakan yang sering terjadi di pangkalan tempat tungir di bunuh seperti suara jeritan Tungir terdengar dipangkalan, teriakan Tungir menuntut balas, dan lebih sedihnya tungir menangis di daerah tempat tinggal tungir yaitu tanah garapan dan diketahui anak-anaknya dan warga disitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H