Insightful. Kata itu yang terbetik di benak penulis ketika surfing tulisan para blogger di Kompasiana perihal hasil survei Kompas. Hasil survei ini memang telah memantik api dengan dampak yang cetar membahana di media massa.
Tentu, hal ini tidak terlepas dari hasilnya yang berefek kejut karena berbeda signifikan dengan hasil-hasil survei yang dipublikasikan sebelumnya. Alhasil hasil survei ini merajai berita lini massa media massa termasuk media Kompasiana ini.
Bermunculannya interpretasi atas hasil survei ini menyajikan menu yang sedap-sedap menggoda. Siapakah yang menikmati sajian ini? Tentu saja sidang pembaca, termasuk juga penulis, yang mau meluangkan waktu menyusuri kata demi kata, membandingkan setiap opini dan merangkumnya menjadi insight baru.
Terlepas dari keberpihakan para blogger, tulisan yang mereka hasilkan menyajikan menu siap santap yang siap dicicip. Keputusannya ada di pembaca, apakah akan mencicipi setiap menu yang ada atau hanya yang sesuai dengan selera.
Jika memilih hanya yang sesuai selera, tentu saja yang bersangkutan akan kehilangan kesempatan merasakan sensasi sedap-sedap kecut atas menu-menu yang tidak familiar. Alhasil berkuranglah referensi menu yang disimpan di memori otak.
Jika memilih yang kedua, pun tak mustahil menu yang tidak familiar akan berdampak terhadap orientasi selera. Ada kemungkinan selera akan diperkaya atau sebaliknya, militansi selera akan semakin terbangun.
Penulis memilih mencicipi semua menu. Sekalipun tampilan makanan tertentu kurang sreg dan aroma makanan lainnya kurang pas, keputusan penulis untuk mencicipi sajian meluruhkan dominasi selera awal sebagai akibat pengalaman stimulasi. Perihal hasil survei Kompas, dari perspektif penulis, hasil survei ini dirilis pada saat yang pas, klop dengan kebutuhan kedua belah pihak.
Bagi kubu paslon 1, hasil survei ini menarik kembali situasi mereka untuk membumi yang semula sudah mulai mengambang, melayang, terbuai dan dininabobokan oleh hasil-hasil survei yang mengunggulkan mereka. Hasil survei Kompas menjadi wake up call bahwa kontestasi belumlah usai. Apapun bisa terjadi.
Maka, rilis Kompas ini menjadi daya kejut bagi paslon 1 untuk kembali alert - waspada dan berusaha optimal untuk mendulang suara. Sebagaimana dikhawatirkan oleh beberapa blogger, kejadian yang menimpa paslon presiden di negara lain yang menang secara survei ternyata di hari pencoblosan tiarap. Tentu, dengan rilis survei Kompas Jokowi dan tim suksesnya bisa menghindarkan hal ini.
Bagi Paslon 2 dan tim pendukungnya, rilis hasil survei Kompas menjadi amunisi untuk meningkatkan daya juang setelah semula dibombardir dengan hasil-hasil survei yang menjagokan pasangan lawan.
Sekalipun hasil survei selalu ditangkis dengan informasi hasil survei internal, tentulah tidak semua pihak yakin dengan kesahihan survei tersebut. Alhasil, efek kejut survei bagi Prabowo dan pendukungnya adalah sukacita yang semoga bisa mendorong motivasi perjuangan menambah suara.