Saat trekking ke belahan bumi Cendrawasih, ada yang unik dalam menghadirkan kehidupan. Jarang terkena sinar matahari, memiliki iklim dingin, sebagian besar diselimuti awan kumulus, di atas ketinggian sekitar 4.500 meter di atas permukaan laut. Inilah karunia Sang Khalik "Kehidupan Selimut Awan" di Timur Papua.
Pernahkah Anda mendengarkan kehidupan yang paling ekstrem di Papua? Inilah kawasan pegunungan Timur yang cukup menarik dan menantang. Jaraknya sekitar 63,0 km dari Kota Wamena. Untuk sampai ke sana, bisa terbang dengan Helikopter, pesawat, maupun berjalan kaki selama 3-7 hari, melalui pemukiman kecil, pegunungan terjal, menyeberangi sungai dengan jembatan kayu. Sebagian besar treknya sungguh luar biasa.
Serangkaian pegunungan di wilayah Timur bumi Cendrawasih rata-rata berada pada ketinggian sekitar 4.500 meter di atas permukaan laut. Wilayah timur dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang tinggi dan lapisan awan putih yang sewaktu-waktu menutupi tubuh hingga kaki gunung. Atmosfer ini menyajikan suhu yang cukup dingin berkisar antara 10-15°C.
Terdapat dua padang sabana di wilayah pegunungan Timur, satu terletak di dekat pegunungan Fola bernama Lolin dan yang satunya lagi terletak di pegunungan Elet bernama Matlik. Kedua hamparan padang sabana ini menjadi obat penghilang lelah trekking dan tempat rekreasi para leluhur yang dikenal dengan sebutan Opleakh.
Berada di atas ketinggian pegunungan Timur, suhu udara yang sangat dingin, matahari yang jarang muncul dan hiasan awan putih yang seolah tak kunjung pergi, membuat Pegunungan Timur mendapat julukan bukan lagi negeri di atas awan, melainkan 'Negeri Selimut Awan'. Benar-benar pegunungan tropis yang paling asri dan terbaik di jagat raya.
Pada sisi lain, awan juga bisa bertindak sebagai selimut penghangat, memanaskan pegunungan dengan mencegah sebagian panas di atmosfer lepas ke angkasa dalam wujud radiasi inframerah. Ada efek yang lebih mendominasi sebagai selimut tergantung ketinggian dan ketebalan awan.