Sebelum bergegas ke masa depan, biarkanlah aku mengemas masa lalu, melewati jalan setapak, menggapai mimpi tersohor, seperti yang pernah didengungkan di negeri Paman Sam, aku pasti akan menjumpai sosoknya di sana.
Bahwa aku benar-benar mengilhami mimpi-mimpi luhur itu masih ada, tidak lebur, masih masyhur dan hari ini aku bersyukur.
Jika aku bisa melihat masa depan. Tentu saja aku tahu, apa yang akan terjadi di hari-hari lain, tentang kehidupan ini, tentang apa yang aku impikan dan tentang apa yang aku banggakan.
Baca juga: Kita Adalah Pemenang
Siklus hidup ini membawa aku untuk melihat mimpi besar yang aku bagikan hari ini di langit dari bumi, yang membuat aku semangat dan dewasa dalam berbenah, bertingkah dan berkiprah.
Masa lalu adalah mimpi besar yang digagas oleh pendahulu bertahun-tahun yang lalu, sampai sekarang aku masih hidup dengan mimpi, dan bermimpi untuk menciptakan kehidupan yang baru setiap hari.
Bumi yang kita pijak dan langit yang kita junjung adalah ciri khas Cenderawasih yang indah, dengan warna-warni kehidupan yang terbentang. Dari tempat ini akan banyak mimpi besar yang akan aku wujudkan di masa depan.
Mimpi ini sesuatu yang mustahil, mustahil untuk tidur, dan mustahil untuk bangun. Pada malam hari bulan terasa kusam dan redam. Pagi akan semakin indah dikala pancaran cahaya mengitari pulau Sweetland.
Baca juga: Jeritan Cendrawasih Sebelum TersenyumDari mimpi masa lalu, hari ini aku belajar, mana mimpi yang berhasil dan mana yang mimpi gagal. Aku betekad menunggu fajar, terukir dalam kemuliaan Sang Khalik Yang Maha memberi, aku akan bersyukur atas hari esok yang misterius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H