Naskah drama adalah sebuah teks sastra yang berisikan dialog dengan gambaran karakter tokoh-tokoh didalamnnya, yang akan dibacakan atai dipentaskan. Teks drama yang dipentaskan di panggung sendiri, menceritakan kehidupan melalui adegan tokoh-tokoh didalamnnya. Naskah drama mengandung beberapa unsur , yaitu tema, latar, tokoh, penokohan, dialog, babak, konflik, dan amanat.
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara imajinatif atau berupa kiasan, yang digunakan dalam kalimat agar kalimat semakin hidup dan menarik serta terdengar meyakinkan. majas atau gaya bahasa terbagi menjadi empat jenis, yaitu majas perbandingan, majas penegasan, majas sindiran, dan majas pertentangan.
Majas perbandingan berarti, majas yang dibuat dengan cara membandingkan dua hal atau objek yang berbeda. Majas penegasan atau majas pengulangan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan objek secara tegas.
Majas sindiran adalah majas yang digunakan untuk menyindir seseorang. Majas pertentangan adalah majas yang menggambarkan duah hal yang berlawanan, bertentangan atau bahkan tak selaras.
Dalam naskah drama terdapat juga majas-majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk meningkatkan daya tarik sebuah karya sastra. Berikut majas-majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam naskah drama "Kerajaan Majapahit" karya Fatih dan Aurora.
1. Majas Alegori
Majas Alegori adalah salah satu bagian dari majas perbandingan. Majas Alegori adalah majas yang menggunakan kata kiasan atau perumpamaan. Kata kiasan berupa kata benda, sifat, dan lambang tanpa penjelasan dan arti sesungguhnya. Untuk memahami maksud dari majas Alegori, pembaca perlu membaca seluruh teks untuk memahami artinya.
Pada teks drama Kerajaan Majapahit karya Fatih dan Aurora, terdapat juga ungkapan yang menyatakan majas Alegori. Ungkapan itu adalah ungkapan dari Sri Banduga kepada Gajah Mada, yaitu :
Sri Baduga : “ Aku tidak setuju, aku tidak mau putriku menjadi permainan politikmu!”
Ungkapan dari Sri Baduga diatas merupakan ungkapan yang menyatakan majas Alegori. Kiasan yang terdapat dari ungkapan diatas adalah ( Permainan politikmu ). Artinya bahwa Sri Baduga yang merupakan raja dari Kerajaan Sunda Padjajaran menolak perjodohan Hayam Wuruk (raja dari Kerajaan Majapahit) dan Dyah Pitaloka ( Putri dari Sri Baduga ) dengan alasan Sri Baduga tidak ingin putrinya menjadi permainan politik. Permainan politik yang dimaksud adalah Kerajaan Majapahit ingin menggunakan perjodohan ini agar Kerajaan Sunda Padjajaran mau mengakui kedaulatan Kerajaan Majapahit, namun Sri Baduga menolaknya.
2. Majas Disfemisme.