Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/@castleofwisdom2442 ig : @simchungwei Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah swasta di Jakarta, dan merintis sebagai seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mimpi Hidup di Negeri Sakura

30 Maret 2024   19:48 Diperbarui: 9 April 2024   19:41 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimpi Hidup diNegeri Sakura

Saat menjelang lulus kuliah, saya sempat terpikirkan ntk melanjutkan studi S2 ke Jepang. Bukan tanpa alasan, semula yang  berkeinginan untuk ke Jerman, berubah ke Jepang karena topik penelitian skripsi saya yang ternyata lebih relevan jika dilanjutkan di Jepang.

Selain karena topik yang diambil oleh saya berkaitan dengan serangga, saya juga mulai menyukai bdaya Jepang. Mulai dari Manga, makanan, dan sebagainya. Bahkan saat saya di Jakarta, saya selalu menyempatkan diri untk mengunjungi Matsuri yang diselenggarakan untuk mempererat persahabatan Indonesia dan Jepang. Datang juga ke beberapa pameran pendidikan Jepang, untuk mendukung jalan saya memperoleh beasiswaS2 ke Jepang. 

Dua tahun berturut-turut saya mengajukan beasiswa untuk melanjutkan S2 melalui program Monbukagakusho (MEXT). Namun apa mau dikata saya tidak lulus untuk mengikuti beasiswa ini. Di tahun kedua saya mengajukan, bertepatan juga dengan usia maksimum syarat beasiswa ini, jadi merupakan kesempatan terakhir bagi saya.

Pada tahun kedua ini saya coba mempersiapkan diri, dengan mengikutikursus bahasa Jepang, dan mengambil sertifikat bahasa Inggris. Namun untuk kesempatan terakhir inipun saya tidak lolos seleksi. Salah satu yang jelas adalah kemampuan berbahasa saya yang dibawah standar yang diminta.

Setelah itu, saya kubur semua mimpi saya untuk berangkat ke Jepang sebagai mahasiswa. Saat ini, jikapun saya diberi kesempatan untuk pergi ke Jepang, saya mau melakukannya sebagai wisatawan. Ataupun mungkin peserta dalam kursus singkat yang biasanya hanya berlangsung 3 bulan.

Entah mengapa setelah berkeluarga, keberanian untuk melancong seorang diri menjadi menurun.

Tapi apapun yang sudah diputuskan tidak perlu disesali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun