Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/channel/UCL2z2EUZdml4YIKyqlpsEQw Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah Internasional di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Diary

Adakah Sedikit Empati untuk Kami

4 April 2023   17:27 Diperbarui: 12 Desember 2023   21:00 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah Sedikit Empati untuk Kami

Hari Senin, 3 Maret 2023, di tempat kerja kami memberikan libur menjelang Hari Raya Jumat Agung dan Paskah. Pada kesempatan ini saya gunakan untuk menemani anak kami menjalani terapi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo(RSCM), Jakarta Pusat. Terapi yang dijalakan oleh anak dengan kondisi spesial, seperti anak kami atau dalam bahasa Indonesia sering disebut anak berkebutuhan Khusus (ABK). ABk ini memiliki berbagai macam keterbatasan, tergantung ke kebutuhan mereka.

Anak kami didiognosis mengalami Cerebral Palsy (CP) setelah sebelumnya pada usia 6 bulan, terinfeksi bakteri di selaput otaknya yang dikenal dengan istilah meningitis. CP berdasarakn artikel di situs Alodokter,  didefinisikan sebagai penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh.

Karena jadwal terapi sudah terjadwal, maka setiap hari senin, istri saya akan bertemu dengan orang tua dari ABK yang sama
 setiap minggu nya. Karena sering bertemu dan memiliki kondisi kesulitan yang hampir sama, maka merekapun tak
jarang untuk saling bercerita atau sekedar menyapa.

Jujur jika bukan karena libur, saya jarang sekali menemani anak kami terapi karena saya sendiri memiliki perkejaan. Kemarin saat saya datang menemai, ada sepasang orang tua yang mengantarakan anaknya yang mengalami autism. Sebelumnya memang saya pernah mengenal mereka, maka kamipun terlibat obriolan, obrolan spontan yang terjadi karana didukung dengan suasana yang tidak terlalu ramai.

Mereka mengisahkan bahwa mereka dianugrahi dua anak laki-laki dengan keistimewaan masing-masing. Mendengar cerita mereka, saya dapat memastikan bahwa menjadi orang tua itu tidak mudah, terlebih bagi kami yang dianugrahi anak spesial.

Mengengar cerita mereka, saya sungguh tidak terbayang, bebrapa pintu rumah harus diberi palang tinggi, terutama pintu yang meiliki akses ke luar rumah. Peralatan rumah tangga menggunakan bahan yang tidak mudah pecah belah.

Pernah suatu malam anak mereka ke dapur dan mandi menggunakan  sayur sop yang masih ada di panci, untung sayurnya sudah  tidak panas. Dapat dibayangkan setelah itu mereka jadi punya pekerjaan tambahan selain membersihkan dapur, dan memandikan kembali anak mereka.  Ada juga  hal lain yang menyebabkan kelelahan seperti  menjawab pertanyaan dari orang lain. Lelahnya menjawab pertanyaan dari tetangga, kerabat atau teman yang berkunjung, seperti "kenapa  pintu-pintu diberi penghalang tinggi?" kemudia ditambah lagi dengan saran-saran yang terlihat sok tahu atas kondisi yang kami hadapi.

Perjuangan yang mungkin tidak dirasakan oleh sebagian besar orang tua. Terkadang yang lebih menyedihkan adalah saat orang tua dengan anak yang normal, berlaga sok tahun memnasehati kami para orang tua yang memiliki anak-spesial. Pdahal mereka tidak tahu persis kondisi sebenarnya yang terjadi.

Sumber : https://www.alodokter.com/lumpuh-otak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun