Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/channel/UCL2z2EUZdml4YIKyqlpsEQw Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah Internasional di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akses Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

12 Agustus 2022   22:05 Diperbarui: 14 Agustus 2022   23:46 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diberi kesempatan untuk mendidik dan memelihara anak merupakan suatu anugrah dan kepercayaan, terlebih dipercayakan anak berkebutuhan khusus memang suatu anugrah yang luar biasa. Bukan keinginan setiap orang tua memiliki anak berkebutuhan khusus, bahkan tidak pernah terlintas dibenak mereka.

Kami menjadi salah satu bagian dari sekian ribuan orang tua yang dianugrahi anak  berkebutuhan khusus/ Saya lebih senang menyebutnya anak spesial, karena mereka memilik keuningan tersendiri. Secara garis besar, kami mengalami hal yang kurang leih sama. Merasa malu, rendah dri, mendapat diskriminasi dan sebaginya.

Anak kami, saat lahir dalam keadaan sehat dan normal.  Namun tanpa diduga, saat berusia 6 bulan , dia terkana penyakit Meningitis (infeksi selaput otak). Diluar dugaan hal ini terjadi, kami membawanya ke dokter anak pada pagi hari menjelang siang.  Sore hari menjelang malam, shu tubuhnya semakin tinggi, hingga satu mata kirinya mulai juling. Dari obervasi di ruang IGD, maka anak kami dirujuk langsung ke PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

Terkadang merasa risih, ketika ada pandangan mata sinis tertuju pada anak kami.  Seolah mereka merasa kasihan atau pandangan negatif  tentang kondisi anak kami.  Adapula yang berlaku baik namun berlebihan, hal ini juga membuat kami kadang menjadi risih.

Kami berniat mencarikan sekolah untuk anak kami bisa belajar dan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya nya. Namun, apa boleh dikata, karena dia belum bisa duduk secara mandiri, kamipun  menunda niat kami tersebut. Saat ini, jika terapi kami menyebutnya sekolah, dan selalu mengatakan itu kepada anak kami bahwa hari ini sekolah yah, yang sebenarnya adalah terapi.

Saat ini sekolahnya anak kami  adalah terapi yang dilakukan di RSCM dan klinik tumbuh kembang anak. Untuk sosialisasi kami mengajaknya beribadah sekolah minggu di gereja, selain mendapatkan pendidikan agama, anak kami juga mendapat kesempatan  bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya.

Awalnya kami agak kesulitan untuk mendaptkan akses  pendidikan seperti terapi bagi anak kami. Semoga pengalaman kami ini menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait untuk mempermudah akses bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Kemudahan akses  dan layanan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini memberikan jaminan kesamaan hak pendidikan bagi semua anak Indonesia, termasuk mereka yang mengalami kondisi khusus ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun