Melihat gigihnya para simpatisan LGBT saya jadi gerah juga. Ada ada saja pikiran yg menurut saya tidak lurus dikemukan. Bila kata penulis ini 25% penduduk Indonesia itu LBGT maka akan ada manfaat yg besar didapat. Kenapa tidak sekalian saja 50% atau  lebih bukankah akan lebih yg didapat. Seorang yg mengaku mahasiswa kok pikirannya dangkal, ke mana logika berpikirnya yg diajarkan selama sekolah. Bukankah sudah banyak pelajaran yg didapat selama sekolah 12 tahun sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Lalu apa hasilnya dia mengenyam kuliah bila logika berpikirnya seperti ini.
Disebutkan juga bahwa LGBT itu bila diijinkan nikah maka akan mengangkat anak sebagai jalan keluar karena mereka tidak akan mempunyai anak. Dan saat mereka mati maka akan ada pengurangan penduduk. Waduh saya tak habis pikir bahwa seorang mahasiswa (ngakunya sih) kok bisa bisanya menulis artikel yg tidak ada landasan logika.Boleh saja beropini tertapi perlu juga mempertimbangkan logika yg manusia miliki. Apa mahasiswa yg pandai ini dapat menjamin kalau pasangan lgbt ini akan mengangkat anak? Pasti tidak karena itu juga HAM bagi mereka,tidak boleh dipaksa seperti kita yg saat ini tidak boleh tidak setuju dengan LBGT ini. HAM jadi landasan mereka untuk menuntut persamaan tetapi mereka kaum lgbt lupa bahwa mereka masih hidup dan punya pekerjaan yg mampu menghidupinya.Masih kurang apalagi yg diberikan oleh masyarakat kita di Indonesia.
Begitu mudahnya seorang anak muda memberi kemudahan kaum LGBT untuk diakui oleh negara menurut apa yg mereka mau dengan landasan berpikir yg sangat dangkal. Tidak terpikirkah bahwa masalah kependudukan di negara kita ini sangat kompleks dan tidak sesederhana yg ada di benak Mahasiswa ini mungkin juga hanya mengaku saja. Laju pertumbuhan penduduk tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kematian saja tetapi juga tingkat kelahiran dan lain sebagainya.Adanya kematian yg banyak karena terjadi kecelakaan lalulintas tidak berdampak pada laju penambahan penduduk, juga adanya kematian karena narkoba juga tidak menyumbang apapun pada laju pertumbuhan penduduk kita.
Semoga saja mahasiswa yg pintar ini sedang bergurau dan hanya ingin menarik perhatian saja dan tidak sungguh2 dengan pendapatnya.Karena nanti dia akan juga mengusulkan pelegalan NARKOBA karena dapat mengurangi laju penambahan penduduk. Entah dasar apa yg dipakainya sehingga berani mengusulkan atau kemukakan pendapat hanya berdasarkan satu faktor saja yaitu kematian yg akan mengurangi jumlah penduduk dan dianggap nol pertambahannya kr LGBT tak punya anak. Bila saya usulkan kenapa tidak dihukum mati saja LGBT ini sehingga pasti berkurang jumlah penduduk kita. Nanti saya dibilang kejam dan sadis karena bertentangan dengan HAM.
Ya sudahlah kita kembali saja kepada ajaran agama yg bangsa ini punya, bila lima agama dan khonghucu yg diakui pemerintah terdapat ajaran yg membolehkan maka bolehlah usul MAHASISWA yg pandai ini diamini.Tetapi bila tak ada satu pun agama tersebut membolehkannya maka mereka pendukung, simpatisan, aktivis dan kaum lgbt itu sendiri berhenti berupaya untuk diakui sebagai entitas tersendiri yg sama dengan Laki-laki dan perempuan. Kita juga kembali kepada budaya dan ajaran moral yg kita punya. Banyak suku dan adat yg ada di negara kita, bila penderita lgbt mau menyatakan statusnya mari kita kembalikan pada masyarakat adatnya. Bila ada satu masyarakat adat yg membolehkan maka lgbt tersebut boleh diakui. Menjadi satu pertanyaan apakah ada masyarakat adat yg akan menjadi yg pertama lakukan itu. Apakah adat Sunda, Jawa, Padang, Batak, Manado, Makasar, dll, mau lakukan pengakuan terhadap tuntutan LGBT tersebut.
Marilah kita semua kembali kepada kepribadian bangsa kita yaitu Pancasila dan juga hormati dan hargai adat istiadat bangsa sendiri. Saatnya kita tutup kontroversi tentang LGBT ini.
Semoga semua pihak mau menahan diri utk tidak mengungkap gagasan yg belum matang dan dangkal. Ini demi menjaga ketertiban dan persatuan bangsa, saya menganggap ada kekhilafan dari penulis tersebut sebagai manusia.
Salam perdamaian dan persatuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H