Mohon tunggu...
Nopen Simbolon
Nopen Simbolon Mohon Tunggu... -

Mahasiswa FISIP USU,yang bergelut dengan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika Kampus

25 September 2012   11:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 2592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak pepatah mengatakan yang intinya adalah bahwa hidup itu pilihan. Artinya, dalam menjalani seluruh rangkaian dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan. Kita harus memilih. Mulai dari hal kecil, hal yang selalu kita lakukan, misal memilih pakaian mana yang kita pakai, hingga pilihan yang akan menentukan keberlangsungan hidup orang banyak, seperti membuat kebijakan dalam peraturan negara. Itu pun semua masih merupakan pilihan yang berkaitan dengan hidup, belum lagi pilihan yang berkaitan dengan hidup ketiga kita setelah di dalam kandungan dan dunia, yaitu di akhirat.

Hal yang akan saya bahas di sini adalah pilihan di pertengahan masa hidup dunia kita. Lebih spesifiknya lagi, dalam dunia kampus. Dipersempit lagi hingga pada permasalahan mengenai kehidupan mahasiswa di kampus yang setiap harinya dihadapkan pada pilihan. Setiap hari hal-hal yang dijalani seorang mahasiswa, di luar kebutuhan-kebutuhan dasarnya (perilaku individu), akan berkaitan dengan 3 hal besar: akademik, organisasi dan masyarakat.

Akademik. Status kita sebagai mahasiswa merupakan konsekuensi dari maksud kita untuk mendapatkan ilmu lebih di perguruan tinggi. Di situlah kita dititipkan oleh orang tua kita agar dapat menjadi orang yang berilmu tinggi sehingga dapat menjadi orang sukses seperti apa yang diharapkan mereka. Parameter didapatkan atau tidaknya ilmu yang diberikan selama mahasiswa menempuh pendidikan di dunia kampus, dilihat dari transkip yang memuat nilai kuantitatif setiap mata kuliah. Itu artinya, untuk merealisasikan apa yang diharapkan orang tua dengan melepas anaknya pergi ke dunia kampus, bahkan sampai merantau adalah dengan mendapatkan nilai yang baik. Intinya, akademik merupakan fondasi kehidupan seorang mahasiswa di kampus.

Organisasi. Sebuah wadah yang dapat memberikan ilmu yang tidak kita dapat di bangku perkuliahan. Di sini kebutuhan manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya, ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Selain itu, di dalam wadah yang memiliki berbagai bidang fokus ini dibentuk suatu kebiasaan dalam berpikir dan mengambil keputusan akan suatu hal. Banyaknya bidang fokus yang berakibat pada banyaknya jumlah organisasi dalam kampus, seperti lembaga eksekutif, seni budaya, agama, kajian, media dan keprofesian, menyebabkan bisa saja seorang mahasiswa terlibat dalam lebih dari satu organisasi.

Masyarakat. Dunia mahasiswa dalam berinteraksi di luar kampus. Keseharian mahasiswa di lingkungan tempat tinggalnya pastinya mengharuskan mereka banyak bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dan apalagi nantinya jika telah lulus dari perkuliahan, mahasiswa tidak lagi menjabat statusnya itu, melainkan akan benar-benar terjun di dunia yang lebih luas, masyarakat. Oleh sebab itu, sekarang ini tugas terpenting adalah mahasiswa dapat menjadi kaum intelektual muda yang ada untuk membantu masyarakat.

Dari ketiganya kita sama-sama mendapat amanah yang tujuannya sama-sama untuk kebaikan, tetapi pihak yang memberikan amanah itu berbeda-beda. Seringkali kita dihadapkan pada pilihan dimana suatu saat dari ketiganya terjadi tumbukan kepentingan, terutama akademik dan organisasi. Semakin banyak tempat kita berkecimpung melaksanakan kegiatan, semakin sering pula intensitas tumbukan kepentingan dengan pilihan yang lebih banyak pula. Mudah saja menentukan pilihan jika dalam waktu yang sama, misal kita memiliki agenda rapat harian dalam dua organisasi berbeda dimana kita belum memiliki amanah besar di situ, yaitu menggunakan TRIK WAKTU.

Cara pertama: pilih kegiatan yang lebih dahulu kita agendakan, yang berarti kita menepati janji (setidaknya janji kita pada diri sendiri) untuk menghadiri kegiatan tersebut, sehingga apabila ada kegiatan lain yang harus dihadiri pada waktu yang sama, kita bisa menolak. Cara kedua: kita bisa ikuti keduanya dengan hadir setengah waktu pada kegiatan pertama dan setengah waktu pada kegiatan kedua. Akan tetapi, bagaimana jika kita dihadapkan pada dua kepentingan dimana kita benar-benar memegang amanah besar di situ?

Saya berikan suatu kasus yang sudah sering terjadi dan sangat umum kita alami. Besok pagi kita akan menghadapi ujian mata kuliah yang sulit (bidang akademik), yang artinya malam ini kita harus belajar semaksimal mungkin. Tetapi malam ini kita harus menghadiri rapat koordinasi karena posisi kita sebagai kepala divisi acara sebuah kegiatan yang diadakan besok siang. Lalu, mana yang akan kita pilih? Di satu sisi kita harus memenuhi amanah dari orang tua, dan di sisi lain kita harus memenuhi amanah dari orang lain.

Jika saya adalah orang yang berada dalam posisi tersebut, hal yang akan saya lakukan adalah menjalani keduanya. Karena waktu ujian tersebut telah ditentukan sejak lama, itu berarti saya harus mempersiapkan jauh-jauh hari dengan mencicil pelajarannya. Di malam itu, saya akan menjalani rakor terlebih dahulu, kemudian saya pulang dan mempelajari kembali mata kuliah yang sulit tersebut. Hal yang ingin saya ungkapkan di sini adalah bagaimana sebaiknya dihindari sikap kita untuk mundur jika dalam posisi terjepit yang sederhananya adalah kasus di atas. Sebelum kita menerima amanah yang ditawarkan pada kita, seharusnya kita telah pertimbangkan sejak awal bagaimana waktu yang kita atur untuk menjalankan amanah-amanah yang sedang dan akan kita pegang, sehingga nantinya ketika dihadapkan pada kasus-kasus serupa yang bahkan lebih rumit, kita dapat mengambil keputusan terbaik.

Intinya, sebelum kita meng-iya-kan kepercayaan yang akan diberikan pada kita, ada tiga hal besar yang telah dijelaskan di atas yang harus kita ingat dan pertimbangkan benar. Jika dari awal telah kita tentukan bagaimana prioritas bidang yang kita buat dalam menjalani kehidupan di kampus, nantinya kita tidak lagi terjebak dalam kebingungan menentukan dan memilih agenda yang harus kita jalani. Dan satu hal lagi yang terpenting dari segala bidang: hubungan kita dengan Tuhan. Seberapa pun padat agenda yang kita jalani, kewajiban dasar kita sebagai seorang manusia tetaplah menjadi yang terpenting yang patut selalu dijadikan nomor satu dalam semua pilihan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun