Mohon tunggu...
Risonly Simbolon
Risonly Simbolon Mohon Tunggu... profesional -

Do nothing and gain nothing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Probabilitas Untuk Penjaga Bangsa

11 Januari 2016   00:50 Diperbarui: 11 Januari 2016   00:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah dengar teori kemungkinan atau probabilitas? Kalau kita tidak pernah bolos waktu pelajaran matematika di SMP, pasti kita pernah belajar tentang teori ini. Tidak perlu mengingat rumusnya secara matematis. Tapi yang pasti kita ingat, semakin banyak data maka semakin tinggilah nilai peluang, atau nilai kemungkinan. Berbanding terbalik juga, semakin banyak hasil yg hendak diperoleh, semakin kecil juga nilai peluang atau nilai kemungkinan.
Contohnya nih. Apabila ada satu koin dengan dua sisi; ekor dan kepala.

Maka ketika kita melempar koin ke udara, sisi ekor dan kepala memiliki peluang yang sama untuk untuk muncul. Jadi kalau kita misalnya memilih ekor, maka peluang sisi ekor muncul adalah 50%. Perhatikan, karena hanya ada dua sisi yang menjadi hasil, maka peluangnya semakin besar. Kalau kita coba melempar dadu yang bersisi enam, tentu peluang masing-masing sisi semakin kecil, karena peluang sekali lempar harus dibagi 6. Baik koin atau dadu, semakin sering kita lempar, maka semakin besar kemungkinan salah satu sisi untuk muncul. Sederhana khan? Sangat sederhana memang.

Aku baru membaca berita bahwa DUA orang polisi satlantas dikeroyok oleh BEBERAPA prajurit TNI AL. Kalau dibaca kronologisnya, ternyata prajurit TNI AL ini adalah bagian dari iring-iringan mobil yang berisi prajurit TNI AL . Dengan kata lain, ada beberapa mobil yang berisi lebih dari satu prajurit. Katakanlah bahwa iring-iringan itu terdiri dari 100 org (ambil angka maksimal) dan katakanlah bahwa yang mengeroyok hanya 2 org. Maka dari 100 orang itu, ada 2% orang yang mengeroyok polisi.

Tindakan pemukulan atau pengeroyokan sangat erat kaitannya dengan ketidakmampuan mengolah emosi. Menurutku, justru disinilah seharusnya keteladanan para penegak hukum dan orang-orang yang tugasnya membela ketahanan negara; kecakapan mencerna situasi dan kemampuan mengambil keputusan tepat dengan cepat. Tindakan emosional dan tempramental adalah tindakan yang tidak termasuk di dalamnya.
Jadi, kembali ke masalah kemungkinan tadi. Apakah mungkin iring-iringan TNI AL itu mencapai 100 orang? Apakah mungkin yang mengeroyok hanya 2 orang?
Kalaupun benar demikian, maka BERDASARKAN TEORI KEMUNGKINAN DAN PELUANG yang kita pelajari waktu SMP, maka kita dapat menjawab pertanyaan berikut;
Dari x orang jumlah prajurit TNI AL di Indonesia, berapa persenkah yang tidak mampu mengontrol emosi dan tempramennya?
Selamat berhitung.

Sumber:

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/10/22591751/Pukul.Polisi.Lalu.Lintas.Oknum.Anggota.TNI.Ditahan.di.POMAL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun