Eksistensialisme merupakan gerakan filosofis yang menolak bahwa hidup mempunyai makna bawaan, namun sebaliknya menuntut setiap individu untuk menciptakan dan menempatkan nilai subjektifnya sendiri. Gerakan ini merupakan reaksi dari berbagai konflik yang menimpa kemanusiaan pada awal abad XX.
Eksistensialis tidak memperlakukan individu sebagai konsep dan menghargai subjektivitas individual daripada objektifitas. Alhasil pertanyaan tentang keberadaan dan pengalaman subjektif dipandang sebagai hal yang sangat penting dan pada awalnya di atas semua pencarian ilmiah dan filosofis. Eksistensialisme cenderung memandang manusia sebagai subjek di alam semesta yang acuh tak acuh, objektif, ambigu dan absurd, di mana makna tidak disediakan oleh tatanan alam. Makna dapat diciptakan oleh tindakan dan interpretasi manusia walaupun hanya sementara waktu dan tidak stabil.
Pemikiran eksistensialis menyangkut dirinya dengan mencoba memahami dasar-dasar kondisi manusia dan hubungannya dengan dunia di sekitar kita. Ada beberapa posisi filosofis yang terkait dengan filsafat eksistensial, tetapi proposisi umum utama yang dapat diidentifikasi adalah bahwa keberadaan mendahului esensi, yaitu bahwa manusia ada sebelum keberadaannya memiliki nilai atau makna. Pemikir eksistensialis yang terkenal ialah Soren Kierkeegard, Friedrich Nietzsche, Fyodor Dostoevsky, Martin Heidegger, Karl Jaspers, Jean Paul Sartre, Albert Camus dan Simone de Beauvoir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H