Mohon tunggu...
Thariq Rasyid
Thariq Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Thariq merupakan mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ia sangat gemar untuk membaca, menulis dan diskusi tentang isu sosial, ekonomi dan politk.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa Itu Eksistensialisme?

26 Februari 2024   09:45 Diperbarui: 26 Februari 2024   09:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eksistensialisme merupakan gerakan filosofis yang menolak bahwa hidup mempunyai makna bawaan, namun sebaliknya menuntut setiap individu untuk menciptakan dan menempatkan nilai subjektifnya sendiri. Gerakan ini merupakan reaksi dari berbagai konflik yang menimpa kemanusiaan pada awal abad XX.

Eksistensialis tidak memperlakukan individu sebagai konsep dan menghargai subjektivitas individual daripada objektifitas. Alhasil pertanyaan tentang keberadaan dan pengalaman subjektif dipandang sebagai hal yang sangat penting dan pada awalnya di atas semua pencarian ilmiah dan filosofis. Eksistensialisme cenderung memandang manusia sebagai subjek di alam semesta yang acuh tak acuh, objektif, ambigu dan absurd, di mana makna tidak disediakan oleh tatanan alam. Makna dapat diciptakan oleh tindakan dan interpretasi manusia walaupun hanya sementara waktu dan tidak stabil.

Pemikiran eksistensialis menyangkut dirinya dengan mencoba memahami dasar-dasar kondisi manusia dan hubungannya dengan dunia di sekitar kita. Ada beberapa posisi filosofis yang terkait dengan filsafat eksistensial, tetapi proposisi umum utama yang dapat diidentifikasi adalah bahwa keberadaan mendahului esensi, yaitu bahwa manusia ada sebelum keberadaannya memiliki nilai atau makna. Pemikir eksistensialis yang terkenal ialah Soren Kierkeegard, Friedrich Nietzsche, Fyodor Dostoevsky, Martin Heidegger, Karl Jaspers, Jean Paul Sartre, Albert Camus dan Simone de Beauvoir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun