Mohon tunggu...
Maria Yollanda
Maria Yollanda Mohon Tunggu... -

a geek.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat untuk Mama, dariku yang Tidak Pernah Ada

7 Februari 2011   23:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:48 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mama, mama,

Tidak terasa ya, sudah dua belas minggu sejak aku muncul di sini.

Di dalammu, tempat pertama yang bisa aku rasakan.

Tahukah Mama, nyaman sekali berada di sini?

Aku bergerak semauku, tanpa takut akan ada yang membahayakanku.

Mama, mama,

Lihat, hari ini aku mengulum jempolku lagi.

Ah, lihat, Mama, aku berusaha menggerakkan kakiku yang tertekuk.

Ah, maaf Mama, aku terlalu bersemangat sampai tidak sengaja menendangmu.

Apa Mama merasa sakit?

Mama, mama,

Bagaimanakah wajahmu? Aku ingin sekali bisa menatapmu.

Ah, tapi aku yakin kau begitu cantik, walaupun aku belum bisa melihatmu sekarang.

Dengar, Mama, jantungku berdetak!

Aku bertanya-tanya, apakah detakannya sama denganmu?

Mama, mama!

Apa itu yang baru saja datang?

Dia ingin menarikku, aku takut!

Ah, tapi Mama pasti menjagaku kan?

Mama, mama!

Ia datang lagi! ia ingin mengoyakkan pelindungku!

Mama, aku takut! Apa ada yang berusaha mengganggumu di luar sana, Mama?
Mama, mama!

Aku tidak bermaksud menendangmu lagi, Mama, tapi dia ingin menarikku lagi!

Aku harus menghindar, Mama, aku harus menghindar!

Mama, mama!!

Ia datang lagi! Selaput yang kau buat untuk melindungiku pun berhasil dikoyaknya!

Dia mengincarku, Mama! Aku benar-benar takut sekarang!

Jantungku berdetak keras sekali!

Mama, mama!!

Dia datang lagi, berputar-putar kali ini, seperti taifun yang akan mengisapku keluar!

Tolong, Mama! Dia ingin memisahkanku darimu!

Mama, mama!!!

Maafkan aku karena menendangmu lagi, Mama,

Marahkah kau karena itu? Tidak akan menolongku kah kau karena itu?

Aku tidak sengaja, Mama, aku hanya ingin menghindar darinya!
Mama, mama!!!

Tolong jauhkan dia dariku, Mama! Dia mulai mengisap kakiku, dan sekarang lenganku…

Aku kesakitan, Mama! Tidakkah kau bisa mendengarku menjerit?

Sakit, Mama, sakit…

Mama, mama!!!

Ia berhasil menarik tubuhku, Mama…

Tinggal kepalaku yang belum berhasil dia pisahkan darimu.

Dia menjepitnya dengan capit baja, Mama! Sakit, Mama! Sakit sekali ! kepalaku sakit! Seperti akan remuk!

Apa yang dia lakukan padaku, Mama? Apa?
kenapa kau diam saja, Mama?

Mama, mama…

Sakit kepalaku sudah hilang… seperti aku juga sudah hilang.

Mereka memisahkanku darimu, Mama, dan mereka berhasil.

Kenapa, Mama?

Kenapa kau membiarkan mereka mengambilku?

Bukankah kau menjagaku hingga tangan, kaki, dan indraku telah membentuk?

Bukankah jantungku dan jantungmu berdetak bersamaan?

Bukankah aku anakmu?

Mama, mama…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun