Mohon tunggu...
Maria Yollanda
Maria Yollanda Mohon Tunggu... -

a geek.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ini yang Namanya Bodoh

12 Mei 2010   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

rumah besar itu terbakar api.
tak jelas dari mana asal nyalanya.
"sekeringnya korslet," kata salah seorang tetangga.
"tabung gasnya meledak," teriak yang lain.

tapi tak jadi soal, apa penyebabnya.
karena lebih penting penghuninya.
yang sekarang berada di dalam sana, tak jelas hidup ataukah mati.

si X dan si Y namanya. bertolak belakang sifatnya, tapi entah bagaimana selama ini tetap bisa tinggal berdampingan di bawah atap seng yang sama.
sekali dua kali--dan terkadang seringkali--memang terjadi cekcok di sana-sini,
tapi keduanya tetap tak terlihat punya niatan tinggal terpisah.
hal yang terkadang membingungkan semua orang.

ah tapi bukan itu intinya.
mereka tetap masih berada di dalam sana.

"kita harus keluar! api sudah merambat! sebentar lagi kita pasti mati! oksigen akan habis, udara menipis, matilah kita!"
si X mulai berteriak-teriak.
"ah tenanglah. coba duduk dan tenang. tidak perlu panik. tidak mungkin sampai seperti itu."
entah bagaimana, si Y tetap bisa tidak terpengaruh kepanikan si X.
"kau sudah gila? bersikap tenang? di saat seperti ini?"
si X berteriak lagi. ingin mencekik si Y saat itu karena ketenangannya yang tidak beralasan.
"tidak ada gunanya berteriak-teriak. tenanglah dulu. kita pikirkan jalan keluarnya baik-baik."
si Y tersenyum manis dan duduk di salah satu kursi. memejamkan mata. menarik napas dalam-dalam. bersikap 'tenang'.
si X tidak tahan melihatnya. semakin panik, semakin kacau melihat asap mulai menghitam. api sudah menjalar hampir ke setiap sudut rumah.

keduanya buta. buta oleh kepanikan, dan oleh ketenangan yang tak beralasan.
tak bisa melihat bahwa masih ada celah dari jendela yang terbuka.
apalagi melihat ada si Z di luar sana, mengintip dari jendela, mengetuk-ngetuk.
kasihan Z. ingin menolong mereka, tapi bagaimana menyelamatkan keduanya kalau mereka bahkan tidak menjawab apakah mereka butuh pertolongan atau tidak?
bagaimana menolong kalau dia tidak tahu di mana letak mereka tepatnya di dalam rumah?
bagaimana menyelamatkan kalau dia tidak tahu apakah mereka ingin diselamatkan atau tidak?
salah-salah justru dia yang akan mati terpanggang.

kasihan si Z. masih terus menunggu di luar. terus-menerus berteriak kepada X dan Y, tapi tak juga mendapat balasan.
sampai akhirnya Z kehabisan tenaga. suaranya serak, tubuhnya lemas.
diputuskannya bahwa tindakan sia-sia kalau dia menerobos api tanpa tahu apakah tindakannya akan ada gunanya.

tapi lebih mengenaskan X dan Y. ketenangan dan kepanikan mereka membuat mereka berputar-putar di tempat.
sampai akhirnya nyala api membesar.
asap hitam menguasai seisi rumah.
menghabiskan nyawa mereka berdua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun