Menulis itu perintah Allah untuk menjadikan manusia memiliki pengetahuan dan kearifan dalam hidup. Jadi bukan sekadar mencurahkan isi hati dan isi kepala kita. Hal ini ditegaskan oleh Allah swt dalam Al Qur'an Surat Al Alaq ayat 4 yang berbunyi:
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ
Artinya : Yang mengajarkan ( Manusia ) dengan pena.
Jadi jelas disini bahwa Allah swt telah memerintahkan manusia untuk menulis sejak diturunkannya ayat pertama kepada Rasulullah saw. Orang boleh pandai setinggi langit namun dia tidak menulis, maka dia akan hilang didalam masyarakat dari dari sejarah. Sebagai catatan bahwa menulis merupakan pekerjaan untuk keabadian.
Lihat saja para tokoh besar akan menggoreskan karyanya menjadi sebuah tulisan di buku seperti:
1. Michael Hart dalam karyanya 100 orang terkenal yang tetap abadi sampai saat ini.
2. Prof Dr HAMKA dalam karyanya Tafsir Al Azhar yang tetap dipelajari orang sampai saat ini.
3. Prof Dr H Harun Nasution dalam karyanya Islam dan mistisime yang tetap dijadikan bahan pustaka mahasuswa UIN Jakarta samoai saat ini.
4. Frank Eyyer dalamnya Calculus second yang tetap menjadi buku wajib bagi mahasiswa jurusan matematika sampai saat ini.
Untuk itu marilah kita menulis demi warisan bagi anak cucu kelak sebagai motivasi kehidupan mereka saat berubah masa. Apapun yang yang kita goreskan menjafi sebuah tulisan yang bermanfaat akan tetap abadi walau penulisnya telah tiada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H