Mohon tunggu...
Simanugkalit Rai
Simanugkalit Rai Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Perlu Upaya Konkrit dan Komprehensif Untuk Bebaskan Papua Dari Gerakan Separatis

26 Mei 2015   07:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Negara kesatuan tersebut terbentuk dari keberagaman budaya dan bahasa yang tersebar dari sabang sampai marauke. Maka sudah selayaknya setiap unsur masyarakat Indonesia berkumpul dan bersatu demi mempertahankan NKRI. Berbagai upaya kelompok atau golongan masyarakat dalam bentuk gerakan separatisme dengan tujuan untuk memisahkan diri dari NKRI merupakan masalah bangsa yang harus terselesaikan. Untuk itu, penyelesaian kasus separatisme seperti di Papua (Papua dan Papua Barat) secara simultan dan intensif terus dilakukan dengan menitikberatkan pada upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban.

Selain itu, upaya lain dilakukan dengan pelaksanaan otonomi khusus yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Seperti yang dikemukakan oleh Marthin Luther King Jr bahwa kedamaian tidak ditunjukkan dari ketiadaan konflik, melainkan hadirnya keadilan. Karena itu hukum harus ditegakkan di Papua. Seiring dengan keberadaan Papua pada pangkuan ibu pertiwi (NKRI), muncul pula gerakan yang menamakan diri sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tujuannya adalah untuk melepaskan diri dari NKRI. Tindakan tersebut dilakukan dengan teror-teror bersenjata terhadap pemerintah, TNI/Polri maupun masyarakat sipil. Hal ini tentu mengganggu kemanan dan ketertiban serta proses pembangunan di Papua, sehingga keberadaanya tidak diterima masyarakat. Aparat pemerintah, dalam hal ini Polri, dibantu TNI giat melaksanakan patroli dan pengamanan di daerah-daerah dimana OPM beraksi dan tidak segan-segan menumpas yang bersenjata (insurgensi). Karena semakin terdesak, kelompok separatis ini memindahkan basis ke hutan dan gunung, terutama di daerah Puncak Jaya.

Berdasarkan latar belakang sejarah bahwa Papua sudah merdeka dalam bingkai NKRI. Konsep NKRI pun dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara berpulau-pulau dengan keanekaragaman suku dan budaya yang mewajibkan tiap orang saling menghormati. Jadi ras apapun, apakah itu Melayu, Jawa, Aceh, Maluku, Papua dan yang lainnya adalah satu kesatuan bangsa Indonesia. Seharusnya, melalui pembangunan yang semakin intens dilakukan oleh pemerintah justru menyadarkan anggota-anggota kelompok separatis bahwa apa yang mereka perjuangkan selama ini tidak tepat dan malah menyebabkan Papua semakin terpuruk. Tindakan mereka selama ini justru menyebabkan terhambatnya pembangunan di Papua. Untuk itu, sebagai masyarakat yang berpendidikan sebaiknya tidak mudah terjebak oleh sikap dan tindak gerakan separatis OPM yang ingin memisahkan diri dari NKRI serta jeli dan waspada terhadap segala manuver ikut campurnya asing melalui aksi-aksi propaganda yang dahsyat.

Salah satu bentuk manuver yang mendukung kepentingan asing agar Papua lepas dari Indonesia adalah kegiatan jumpa pers yang dilaksanakan di Sekretariat Kontras, Jakarta yang dihadiri Wenas Kobagau, Samuel Nawipa, Oktavianus Pogau, Sonny Wanimbo, Yulan Karima dan Marthen Goo. Mereka mengeluarkan pernyataan sikap, rakyat Papua Barat mendukung sikap delegasi Vanuatu yang tidak ikut dalam rombongan ke Jakarta dan Papua, juga memberikan apresiasi atas komitmen Vanuatu yang terus mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi rakpat Papua Barat, sesama rumpun Melanesia. Pernyataan mereka selanjutnya, rakyat Papua Barat memohon kepada para Menlu MSG untuk menolak dengan tegas joint statement yang ditawarkan pemerintah Indonesia, sebab dalam joint statement terkesan membatasi hak rakyat Papua Barat yang diwakili WPNCL untuk menjadi anggota MSG. Dibandingkan dengan Vanuatu, memang PNG adalah negara yang sangat bersahabat dengan Indonesia dalam masalah Papua, karena PNG negara yang tahu diri dan tidak melupakan jasa bantuan Indonesia, sebab Indonesia pernah membantu PNG sebesar 600 ribu US$ untuk membangun sekolah militer di PNG, dimana sumbangan tersebut diberikan setelah KTT MSG 12 November 2013. Indonesia juga pernah membantu Vanuatu ketika negara kecil di Pasifik Selatan ini mengalami kekurangan pangan, dimana bantuan Indonesia dengan memberikan atau mencukupi pangan rakyat Vanuatu saat itu serta mendidik petani Vanuatu serta memberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian ke Vanuatu.

Tapi, kalau sekarang Vanuatu tidak seia sekata dengan Indonesia dalam masalah Papua bahkan cenderung mendiskreditkan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia harus mencatat “Vanuatu bukan tetangga yang baik, karena sikapnya yang membalas kebaikan Indonesia dengan menyerang Indonesia atau bagaikan air susu dibalas dengan air tuba”. Rakyat Papua juga perlu bertanya, apakah Vanuatu dapat dipercaya? Kemudian juga layak bertanya bagaimana makna strategis kasus Papua dan apa keuntungannya bagi negara-negara lain seperti Commenwealth, Australia, USA dan Perancis termasuk Vanuatu jika Papua “lepas” dari Indonesia? Menjadi aktivis zaman sekarang harus cerdas dan menguasai geopolitik global, bukan sekedar “berteriak-teriak” yang tidak jelas!

Untuk itu diperlukan aksi kongkrit yang komprehensif dan melibatkan seluruh komponen terkait, guna menjadikan Papua terbebas dari gerakan sparatis, perlu dilakukan upaya-upaya penyelesaian tersebut dengan menggunakan cara Papua yaitu mengoptimalkan kearifan lokal, artinya mari kita semua menyelesaikan masalah Papua dengan cara Papua dalam rangka menegaskan kembali nahwa Papua memang bagian dari NKRI yang tidak terpisahkan. Karena sesungguhnya kita semua tidak ingin melihat saudara kita di Papua menderita, namun kita lebih tidak ingin berpisah dari saudara kita. Karena itu akan menciderai rasa persatuan dan rasa senasib kita, karena sesungguhnya kita dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik asal kita mau, kita bijak, dan kita cerdas. Mari kita selesaikan masalah bangsa kita dengan cara bangsa dan oleh bangsa kita sendiri, mari kita selesaikan masalah Papua dengan cara Papua dengan satu tujuan Papua sejahtera Dalam Pangkuan NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun