31.3.2015
Kenaikan harga BBM untuk bulan April telah menyita perhatian publik. Kenaikan yang diumumkan secara resmi pada hari Sabtu (28.3) yang lalu dengan segera menjadi topik pembicaraan utama di berbagai saluran pada dunia maya. Kalau memang ini adalah strategi pengalihan isu dari pemerintah, maka hasilnya adalah sukses besar.
Pada saat yang sama, berkembanglah suatu isu baru di tengah masyarakat: Jokowi menghancurkan ekonomi Indonesia. Dimulai dari pelemahan (lagi) Rupiah terhadap Dollar AS (yang sebenarnya sudah dimulai sejak sebelum Pemilu 2014), berkembang sentimen bahwa kehidupan sehari-hari benar-benar menjadi sesak setelah Jokowi menjadi presiden. Kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari menjelang kenaikan harga BBM memperkuat sentimen tersebut dalam bayangan masyarakat. Sebagai contoh:
- www.kaskus.co.id/thread/55161bc6138b463b6f8b456b/share-yuk-dampak-kelesuan-ekonomi-pada-kondisi-usaha-rl-agan-dan-sista-semua/ (link sudah mati sebenarnya, tapi menggambarkan
- http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/03/28/nlx9t6-pemerintahan-jokowi-lebih-buruk-dari-soeharto
- http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/27/222610026/Harga.BBM.Naik.Lagi.Pemerintah.Dinilai.Terapkan.Manajemen.Warkop
Terlepas dari jelas atau tidaknya pengamat kacangan kemarin sore, yang mengaku dari UGM tapi namanya tidak terdaftar (http://feb.ugm.ac.id/id/profil/dosen-dan-staf.html tidak memuat halaman Ichsadun Noorsy), kita tidak dapat memungkiri kalau memang tumbuh sarkasme sampai pada tahap yang pantas diliput oleh media nasional seperti di atas. Ditambah lagi demonstrasi histeris dari mahasiswa-mahasiswa yang tidak berpikir kritis, namun cukup menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu di beberapa pusat kota. Contoh:
- http://news.detik.com/read/2015/03/27/163804/2871791/10/massa-mahasiswa-kepung-istana-bogor-beri-raport-merah-untuk-jokowi-jk
- http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2015/149785-Mahasiswa-Beri-Rapor-Merah-Jokowi-JK
Yang pantas menjadi pertanyaan sekarang adalah, benarkah bahwa ekonomi Indonesia jauh memburuk setelah Jokowi menjadi presiden? Menurut beberapa pihak (termasuk tukang jual obat seperti di atas), betul sekali. Sebagai contoh:
http://www.rtv.co.id/read/news/2571/rupiah-melemah-harga-elektronik-melambung
Link yang pertama (sebelum akhirnya dihapus), juga memuat puluhan komentar dari (orang yang mengaku dirinya) pengusaha yang usahanya menjadi lesu setelah pemilu. Banyak yang harus mengurangi pekerja, mengambil rugi, bahkan menutup usahanya. Jika memang benar adanya, maka kita harus menyimpulkan, Indonesia berada dalam kondisi gawat darurat dan fenomena 17 tahun yang lalu akan terulang kembali. Untuk memastikan ini, kita perlu melihat pola pada tingkat nasional.
Memang betul pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Seperti ditunjukkan dari grafik di bawah ini, pertumbuhanekonomi nasional melambat dari 6,2 % pada tahun 2012 menjadi 5,1 % pada tahun 2015. Dengan kata lain, ada beberapa ribu trilyun rupiah yang tidak berhasil didapatkan pada setahun terakhir.
[caption id="attachment_358508" align="aligncenter" width="397" caption="Pertumbuhan ekonomi Indonesia, sumber: worldbank.com"][/caption]
[caption id="attachment_358509" align="aligncenter" width="390" caption="Pertumbuhan ekonomi ASEAN, cokelat muda Malaysia, sumber: worldbank.com"]
Pada saat yang sama, data Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan di negara-negara ASEAN lainnya juga mengalami pola yang sama: perlambatan pertumbuhan sebesar kira-kira 1-1,5 %. Jadi ada faktor lain yang ikut bekerja. (Catatan: Bahwa Indonesia memulai dari posisi yang lebih rendah adalah sepenuhnya kesalahan sendiri, bukan kondisi umum). Jadi tidak benar kalau Presiden Jokowi menyebabkan secara langsung kelesuan ekonomi, namun kebetulan saja.
Tuduhan berikutnya adalah pelemahan Rupiah yang membuat importir, baik bahan konsumsi ataupun barang modal, menjadi kesulitan. Kenaikan harga Dollar ini membuat pedagang elektronik kesulitan, karena harga barang jualannya melonjak. Inilah perubahan harganya dalam setahun terakhir:
[caption id="attachment_358511" align="aligncenter" width="467" caption="Rupiah vs Dollar setahun terakhir, sumber:xe.com"]
Namun perhatikan dua grafik berikut. Pelemahan bukan hanya drasakan oleh Rupiah, namun juga oleh mata uang besar lainnya seperti Euro dan Dollar Australia. Seperti kasus sebelumya, pelemahan ini bukan merupakan anomali untuk Indonesia, namun merupakan kejadian global. Lebih lagi, kasus ini menunjukkan pendeknya ingatan publik Indonesia. Jika anda melihat lagi grafik Rupiah (dan melihat dalam 2 tahun ke belakang), tampaklah bahwa pelemahan sudah dimulai jauh di masa pemerintahan SBY. Kenapa tidak ada yang menyalahkan SBY?
[caption id="attachment_358519" align="aligncenter" width="467" caption="Dollar Australia vs Dollar AS, sumber:xe.com"]
[caption id="attachment_358520" align="aligncenter" width="467" caption="Euro vs Dollar AS, sumber:xe.com"]
Tuduhan lain yang sering dikeluarkan adalah bahwa harga bahan pokok naik gila-gilaan dan menjadi tidak terjangkau untuk sebagian besar orang, tidak hanya pada kenaikan yang ini, tapi sudah memanjang jauh sejak Jokowi dilantik. Contoh:
http://www.kaskus.co.id/post/551a91b498e31be16b8b456c#post551a91b498e31be16b8b456c
Kabar kenaikan sudah diketahui beberapa hari sebelum pengumuman resmi dan efeknya biasanya sudah dimulai lebih awal. Namun perlu dicermati bahwa kenaikan harga tidak seperti yang dilaporkan. Berikut data dari Kementrian Perdagangan untuk bulan Maret 2015:
[caption id="attachment_358521" align="aligncenter" width="600" caption="Bawang Maret 2015, sumber:kemendag.go.id"]