Ketika orang-orang munafik masih menyangsikan kebenaran hari kebangkitan (yaum ba'ts), justru Allah mengajukan penyataan yang dapat dijadikan sebagai argumentasi kebenaran yaum ba'ts. Dengan menyatakan bahwa "Bumi dan isinya dijadikan Allah untuk kepentingan manusia, ditambah lagi dengan menjadikan langit tujuh lapis". Jika Allah mampu untuk menjadikan makhluk yang begitu amat besar, maka pasti Dia mampu untuk mengembalikan manusia dalam keadaan hidup dari kuburnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Dr.H.Soir, M.S.I, Kepala Madrasah (Kamad) dalam acara kajian Tafsir al-Jalalain. Kajian diikuti 60 siswa, Â merupakan siswa dan siswa yang tinggal di asrama. Kegiatan berlangsung dengan lancar, Jumat (11/2/2022)
Menurut Kamad, perihal 'menyangsikan' akan kemampuan Allah, juga muncul dari malaikat. "Mereka sangsi dengan Allah yang akan menciptakan makhluk sebagai khalifah di muka bumi. Bahkan mereka protes, "Apakah engkau akan menciptakan makhluk yang suka berbuat kerusakan dan suka menumpahkan darah?, padahal kami ini (makhluk) yang senantiasa menyucikan dan memuji-Mu. Kenapa hal itu tidak diserahkan saja kepada kami?" paparnya.
"Kekhawatiran malaikat ini bukan tanpa alasan, karena dahulu memang pernah ada makhluk penghuni bumi, yakni dari kelompok Jin. Mereka sering membuat keonaran, kerusakan, dan pertumpahan darah. Kemudian Allah mengutus  malaikat untuk membereskan semua itu. Akhirnya  malaikat mampu membuat kedamaian di muka bumi.  Jin-jin dikarantina di sebuah pulau dan gunung dengan penjagaan ketat dari malaikat, "tambahnya.
"Manusia diciptakan di muka bumi sebagai perpanjangan tangan Allah, yaitu menjadi Khalifah. Pemaknaan kata kholifah, yakni kholfun, yang berarti belakang. Maka manusia yang menjadi khalifah, adalah orang yang berada di belakang. Pengertian belakang menyiratkan makna bahwa seorang pemimpin harus berada di belakang agar mengerti dan mengetahui yang dipimpinnya. Karena bisa jadi, ketika ia berada di depan, tidak akan mengetahui apa yang terjadi pada orang yang ada di belakangnya. Oleh karena itu setiap penggembala akan berada di belakang gembalaannya. Sebagaimana seorang pemimpin itu juga penggembala, maka harus berada di belakang," lanjut kamad.
Sebelum mengakhiri kajiannya Kamad juga menyampaikan bahwa khalifah diartikan sebagai pemimpin, penguasa. Namun hal ini masih sering menjadi persoalan. Realita kehidupan sehari-hari masih menemukan bahwa kepemimpinan itu belum dimaknai sebagaimana mestinya. Masih ada pemimpin yang kurang mengetahui kondisi yang dipimpin, sehingga kebijakannya malah bisa menimbulkan penderitan, bahkan pemimpinnya tidak mengetahui. "Nah, tugas khalifah di sini, adalah hangayomi, hangayani, hangayemi, hanganti. Lepas dari salah satu dari empat hal ini, maka hanya petaka yang akan didapat. Waalahu 'Alam Bimurodihi, " pungkasnya .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H