Mohon tunggu...
Siman
Siman Mohon Tunggu... Guru - Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Setiap Langkah adalah Ibadah

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Ekosistem dan Jaringan Kehidupan yang Harmoni

30 Januari 2022   07:25 Diperbarui: 30 Januari 2022   07:26 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kenapa Tuhan menciptakan lalat? Orang menganggap lalat tidak ada gunanya. Biasanya lalat suka hinggap di tempat-tempat yang kotor dan berbau. Seperti tumpukan sampah dan tempat-tempat yang kumuh lainnya. Tahukah? bahwa keberadaan lalat di tempat kotor, berbau dapat mengurangi bau kotoran yang menyengat. Di tempat ini lalat  bisa makan, bertelor dan menetas jadi belatung. Kemudian belatung dapat  mengurai sampah (pelan tapi pasti) dan mengurang bau busuk.  

Hal tersebut disampaikan Drs.H.Soir,M.S.I, Kepala Madrasah (Kamad) ketika  menyampaikan materi kajian Jumat. Kajian yang diselenggarakan di Asrama Al Uswah MAN 1 Sleman, Jumat (28/1/2022). Kajian Jumat merupakan salah satu program kerja asrama ini  wajib diikuti semua siswa yang tinggal di asrama sejumlah 60 siswa.

Kamad juga mencontohkan kehidupan Laba-laba yang  dipandang tidak memiliki kekuatan. Rumah laba-laba termasuk rumah yang paling rapuh dan tidak berdaya. "Tetapi harus diketahui, bahwa jaring laba-laba ternyata merupakan cara Allah untuk mengendalikan hama tanaman produktif dengan cara menangkap kupu-kupu kecil atau yang sejenisnya agar tidak merusak tanaman. Demikian juga dengan nyamuk, binatang kecil yang sering mengganggu.   Keberadaanya tidak boleh dipandang sebelah mata. Ternyata air liur nyamuk ada potensi menjadi obat penyakit pembunuh nomor satu di dunia, yaitu kardiovaskuler (jantung),"paparnya.

"Hal-hal tersebut merupakan awaban atas 'kegelisahan' orang-orang Yahudi, yang selalau mempertanyakan;  "Kenapa Tuhan menciptakan lalat, kenapa pula laba-laba, toh semuanya (anggapan  mereka) tidak ada gunanya".  Kemudian Allah menjawab; "sesungguhnya Allah tidak malu menciptakan seekor nyamuk, bahkan lebih kecil dari itu, Bagi orang yang beriman, itu semua kebenaran dari Allah, sementara bagi yang tidak beriman, semakin jauhlah mereka dalam kesesatan," terang Kamad dengan mengutip terjemah Q.S. Al-Baqarah ayat : 26

"Semuanya merupakan mata rantai kehidupan, yang satu membutuhkan yang lain, saling ketergantungan satu sama lain. Membangun ekosistem dan jaringan kehidupan yang harmoni. Alam semesta diciptakan oleh Allah dalam kerangka membangun harmoni, namun sering kali kita merusak harmonitas itu sendiri, Walahu 'alam bimuradihi," papar Kamad  mengakhiri kajiannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun