Melati. Siapa yang tidak mengenal bunga yang satu ini. Tanaman ini berasal dari Asia selatan (India- Myanmar-Srilanka-Philipina).Penyebarannya dimulai dari Hindustan ke Indocina- Philipina- Malaysia- sampai ke Indonesia.
Melati merupakan tanaman perdu , berbatang tegak merayap, hidup menahun. Tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan , porus , berpasir sampai agak liat. Bunga berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat
Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis yang umum dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama local yang diberikan kepada bunga melati. Orang Bali menyebutnya “Menuh”, di Aceh dinamai “Meulu Cina” dan disebut “Malete” di Madura dan masih banyak nama daerah lain.
Melati dari jenis Jasminum sambac (L) bahkan dinobatkan menjadi salah satu bunga nasional berdasarkan keppres no 4/1993 sebagai Puspa Bangsa. Mengapa melati dijadikan sebagai bunga nasional karena dinilai mewakili karakteristik bangsa dan Negara.
Sebenarnya, melati bukanlah bunga favorit saya. Tetapi semakin saya menganggapnya biasa semakin saya terpesona karenanya. Banyak hal istimewa dapat kita pelajari darinya.
Pertama, ukuran bunga yang kecil seolah menunjukkan bahwa dia tidak perlu berukuran besar untuk tampak indah. Warnanya yang putih bersih perlambang kesucian dan keelokan budi. Warna melati tidak eyes catching jika dibandingkan dengan jenis bunga lain yang penuh warna,seperti bunga matahari misalnya.
Selanjutnya, keharumannya. Aroma melati tidak mencolok menusuk hidung. Tidak berkesan menggoda, tetapi wangi yang lembut memberikan rasa tenang dan nyaman.
Melati juga tidak memerlukan persyaratan yang rumit untuk bisa tumbuh dengan baik. Dia tidak rewel dengan segala macam perlakuan khusus seperti yang kebanyakan diminta oleh tanaman hias pada umumnya. Dia rajin berbunga hampir sepanjang tahun.
Dari sudut harga. Harga melati sangatlah terjangkau. Semua lapisan masyarakat sanggup membelinya. Harga melati tidak pernah menjadi sangat fantastis dan spektakuler seperti harga aglaonema Pride of Sumatra misalnya. Atau lebih gila lagi seperti Anhurium Jemannii (menurut saya harga yang tidak masuk akal!) yang hanya bisa dijangkau oleh mereka yang sudah benar-benar menjadikan tanaman hias sebagai penunjuk status sosial.
Dari semua hal tentang melati, dalam kesederhanaan bentuk mahkota, kesederhanaan warna, kelembutan aroma, pemeliharaan sampai harganya yang relatif murah hanya ada satu kesimpulan . Dialah bunga yang pantas bagi semua. Dia selalu tampak anggun dironce untuk tata rias pengantin, terlihat mewah dijadikan pita yang digunting ketika peresmian suatu gedung atau dimulainya usaha baru. Bahkan melambangkan ketulusan dan rasa ikhlas ketika ditaburkan di atas pusara kematian. Sebagai campuran dan pengharum teh, melati pun memberikan kenikmatan yang tidak tergantikan oleh bunga lain.
Semakin mengenal melati, semakin ingin rasanya diri ini menjadi sepertinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI