Mohon tunggu...
Silvy R
Silvy R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Gizi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Menelusuri Jejak Kartini: Menjadi Perempuan Berdaya dan Mandiri

17 Juni 2024   20:51 Diperbarui: 17 Juni 2024   21:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bagi yang sudah pernah menonton film Brave tidak akan asing dengan kata-kata dari Merida: "Takdir ada bersama kita. kamu hanya membutuhkan keberanian untuk melihatnya." kita hanya perlu keberanian penuh untuk meraih mimpi. Seperti tokoh yang akan saya angkat menjadi role model dalam keberanian saya selama ini.

Raden Ajeng Kartini atau yang acap kali dipanggil Kartini ini adalah seorang pelopor emansipasi perempuan di Indonesia, lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Sebagai anak seorang bangsawan Jawa, Kartini mendapat kesempatan bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) hingga usia 12 tahun. Namun, sampai pada umur tersebut ia harus tinggal di rumah karena tradisi pingitan dan menunggu saat pernikahannya. Meski begitu, semangat Kartini untuk belajar dan rasa keingintahuannya tidak pernah padam. Ia mengisi hari-harinya dengan membaca buku, menulis surat kepada teman korespondensi yang berasal dari Belanda.

Melalui korespondensinya dengan teman-teman penanya di Belanda, salah satunya adalah kepada Ny. Abendanon yang banyak mendukungnya. Kartini menuangkan pemikiran-pemikiran kritisnya tentang ketidakadilan yang dialami perempuan,  tentang pentingnya pendidikan, hak-hak perempuan, dan kebebasan individu. Surat-suratnya yang kemudian dikumpulkan dalam buku "Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang memberikan pandangan mendalam tentang pemikiran dan perjuangan Kartini. Buku ini menjadi salah satu karya penting yang menginspirasi gerakan perempuan di Indonesia dan di berbagai belahan dunia.

Jejak perjuangan Kartini sangat relevan hingga saat ini. Kartini sangat vokal dalam menyuarakan hak dan pendidikan bagi perempuan. Namun, tantangan yang dihadapi perempuan untuk mandiri dan berdaya tetap ada. Kesenjangan gender, pekerjaan dan masalah lainnya masih perlu diatasi. Pendidikan adalah kunci utama dalam upaya pemberdayaan perempuan. Kartini percaya bahwa melalui pendidikan, perempuan dapat membebaskan diri dari belenggu ketidakadilan dan menjadi individu yang mandiri. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua anak perempuan mendapatkan akses pendidikan yang setara. Selain pendidikan formal, pelatihan keterampilan juga menjadi faktor penting dalam membangun kemandirian perempuan.

Representasi perempuan dalam posisi-posisi penting dapat membawa perspektif yang berbeda dan menciptakan kebijakan yang lebih inklusif. Mengatasi stereotip gender dan mendukung perempuan untuk mengejar karir yang mereka inginkan adalah langkah penting dalam mencapai kesetaraan gender. Kartini juga mengajarkan pentingnya kemandirian. Kemandirian ini harus dibangun sejak dini melalui pendidikan dan pemberian kesempatan yang setara. Perempuan harus diajarkan untuk percaya pada diri sendiri dan mengejar impian mereka tanpa rasa takut.

Di era modern ini, tantangan yang kita hadapi mungkin akan sedikit berbeda dari masa Kartini, tetapi esensi perjuangannya tetap sama. Perempuan harus terus berjuang untuk hak-hak mereka dan menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Kartini mati dengan bahagia sesuai isi suratnya kepada Ny. Abendanon tahun 1900 "Saya tahu jalan yang hendak saya tempuh itu sukar, banyak duri dan onaknya, dan lubang-lubangnya; jalan itu berbatu-batu, berlekuk-lekuk, licin jalan itu. Belum dirintis! Dan meskipun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan bahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya turut membantu membuka jalan menuju ke tempat perempuan bumiputra merdeka dan berdiri sendiri".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun