Mohon tunggu...
Silvi WiraPratiwi
Silvi WiraPratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Nasional - Ilmu Komunikasi

Persiapkan Hari Esok Yang Lebih Baik Dengan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intoleransi dan Radikalisme (Upaya Menanggulangi Intoleransi dan Radikalisme Dalam Media Sosial)

11 Mei 2022   14:41 Diperbarui: 11 Mei 2022   14:46 3136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama: Silvi Wira Pratiwi 

NPM: 203516516303

Program Studi: Ilmu Komunikasi

Mata Kuliah: Propaganda Dan Opini Publik

Universitas Nasional

BAB I

PENDAHULUAN 

  • Latar Belakang 

Media sosial merupakan platform digital dimana penggunanya dapat berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan opini melalui blog, jejaring sosial, dan forum. Yang paling umum digunakan masyarakat seluruh dunia adalah Blog dan jejaring sosial. Media sosial tentu saja memberikan dampak positif seperti memudahkan kita berinteraksi, memperluas relasi, dan mempercepat penyebaran informasi. Di samping dampak positif, terdapat dampak negatif dari media sosial terutama hal intoleransi dan radikalisme.

Eksistensi radikalisme dan intoleransi sulit dikenali, terlebih pada era teknologi dan komunikasi, dimana internet menjadi sarana utama untuk melancarkan aksinya. Golongan radikal dan intoleran telah menyebarkan informasi melalui platform digital untuk menciptakan opini publik. Mereka menganut sistem adu domba melalui penyebaran pesan hoax bermotif penghasutan, kebencian, permusuhan, serta hasutan untuk melakukan kekerasan. 

Media sosial merupakan hal yang sulit di pudarkan karena dahulu kita diajarkan melalui pertemuan, berbeda dengan saat ini yang semua pemahaman diajarkan melalui media sosial dengan artian sulit memilah mana yang benar dan mana yang salah. 

Paham radikalisme dan intoleransi yang meluas menjadi perhatian yang serius pemerintah. Pencegahan adalah upaya yang paling efektif untuk membendung penyebaran akan paham tersebut. Mencegah jelas lebih baik untuk memerangi radikalisme dan intoleransi berkedok opini publik jika dibandingkan dengan menyembuhkan.

  • Rumusan Masalah 
  1. Bagaimana pemahaman tentang intoleransi dan radikalisme?
  2. Apa penyebab terjadinya intoleransi dan radikalisme dalam media sosial?
  3. Bagaimana upaya menanggulangi adanya intoleransi dan radikalisme dalam media sosial?
  • Tujuan Penulisan 
  1. Untuk mengetahui tentang pemahaman intoleransi dan radikalisme.
  2. Untuk memahami penyebab terjadinya intoleransi dan radikalisme dalam media sosial.
  3. Untuk mengetahui upaya menanggulangi intoleransi dan radikalisme dalam media sosial.

BAB II

PEMBAHASAN 

  • Intoleransi 

Intoleransi adalah suatu kondisi dimana suatu kelompok seperti masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama yang secara spesifik menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang berlandaskan agama. Namun, jika pernyataan bahwa kepercayaan atau praktik agamanya adalah benar sementara agama atau kepercayaan lain adalah salah maka ini bukanlah termasuk intoleransi beragama, namun inilah yang disebut intoleransi ideology.

  • Radikalisme 

Radikal adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial atau politik yang besar atau secara ekstrim. Sementara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme dimaknai sebagai paham (isme), tindakan yang melekat pada seseorang atau kelompok yang menginginkan perubahan baik sosial, politik dengan menggunakan kekerasan, berfikir asasi dan bertindak ekstrim.

  • Intoleransi dan radikalisme 

Intoleransi adalah awal terbentuknya radikalisme, lalu ekstremisme, dan terakhir dalam bentuk terorisme. Artinya, intoleransi adalah benih dari radikalisme dan terorisme.

Isu intoleransi dan radikalisme yang merajalela di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal seperti agama, ekonomi, atau pendidikan, tetapi ada faktor lain yang berperan atau memicu terjadinya intoleransi dan radikalisme ataupun dalam membentuk seseorang menjadi radikal, yaitu faktor psikologis.

  • Terjadinya intoleransi dan radikalisme dalam media sosial

Tidaklah bermasalah ketika setiap golongan itu aktif dalam media sosial. Menjadi bermasalah ketika media sosial demikian didominasi dengan adanya pemberitaan kebencian kepada pihak lain. Bahkan menjadi sangat berbahaya jika yang mengunggah berita kebencian adalah kaum muda dan mereka menyukainya.

> Intoleransi dalam media sosial 

Media sosial akan menjadi perwakilan dalam membentuk citra sosial. Liputan media sosial sangat erat kaitannya dalam pembentukan citra, karena hakekat komunikasi adalah suatu proses interaksi sosial yang dirancang untuk membangun makna yang membentuk citra tersendiri.

Media memiliki kekuatan dan otoritas untuk mengontrol wacana diruang publik. Harus kita akui bahwa media sosial memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi opini publik. Media sosial dapat mengubah peristiwa biasa menjadi peristiwa penting bagi publik. Media sosial menjadi akses untuk mengetahui bagaimana media sosial memberitakan tentang nilai intoleransi.

Hal yang menyebabkan media sosial ikut berperan dalam penyebaran intoleransi:

- Mudahnya sarana masyarakat terhadap internet yang dimanfaatkan oknum penyebar kebencian terutama berhubungan dengan radikalisasi yang mulai meningkat di Indonesia. Dengan adanya penyebaran berita yang tidak berimbang dan tidak adanya fakta mampu mempengaruhi masyarakat yang mudah terpancing pada isu-isu intoleransi.

- Adanya kebebasan berpendapat di media sosial yang membuat masyarakat terpancing.

Media dengan perlahan memperkenalkan dan membentuk pandangan tertentu terhadap penggunanya. Tidak hanya dalam hal politik dan ekonomi, tetapi juga menyangkut masalah budaya, gaya hidup serta penyebaran isu-isu intoleransi.   

> Radikalisme dalam media sosial

Saat ini ujaran kebencian dan paham radikal tidak hanya ada pada buku maupun literasi, namun ada juga pada berbadai media sosial. Hal tersebut dilakukan secara langsung ataupun sembunyi-sembunyi menggunakan aplikasi media sosial atau pesan instan. Kemudahan dan kecepatan sarana informasi membuat media sosial semakin efektif dalam pembuatan konten radikal secara mudah.

Lonjakan konten radikal di media sosial, menjadi "ancaman" serius bagi kehidupan Warga Negara Indonesia yang sangat akrab dengan media sosial.

Media sosial berperan besar dalam memberikan informasi tentang ideologi radikal kepada masyarakat luas, khususnya anak muda. Diperparah akan fakta bahwa perekrutan anak muda kedalam organisasi radikal yang mayoritas dilakukan melalui media sosial. Fakta bahwa organisasi teroris dan afiliasinya, mengingat kemajuan media sosial itu sendiri merupakan hal yang miris bahwa mereka menyebarkan opini mereka melalui media sosial.  

Media sosial berperan besar dalam menangkal dan memberikan informasi tentang isu yang berkaitan dengan radikalisme. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat dapat melakukan mencegah aksi Gerakan ektrimi yang terjadi pada lingkungan kita sendiri.  Perilaku ekstrimisme yang paling terlihat yang berbasis agama. Hal ini di latar belakangi dengan kaum ideologis, kepentingan politik, ras dan etnis.

  • Upaya Menanggulangi Intoleransi Dan Radikalisme Dalam Media Sosial

1. Pentingnya peran orang tua dan keluarga dalam mencegah intoleransi dan radikalisme.

Pendidikan di dapat dari orang tua dan keluarga merupakan cara paling ampuh mengantisipasi pola pengawasan aparat keamanan yang berbasis teknologi. Pencegahan intoleransi dan radikalisme harus dimulai dari hal kelompok terkecil yaitu keluarga.

2. Pentingnya peran tokoh agama.

Berkaitan dengan agama, tentu tokoh agama berperan penting dalam memberikan pemahaman akan keagamaan yang benar dan jelas. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat dapat mengakses informasi belajar agama dengan mudah melalui media sosial sehingga sangat mudah terpapar radikalisme juga intoleransi.

3. Membuat akun radikalisme positif.

Mengajak masyarakat membuat konten radikalisme positf seperti menekankan nilai gotong royong, bela negara, belajar tekun, dan melestarikan kearifan lokal. Hal tersebut bertujuan untuk menangkal adanya konten-konten radikalisme negatif di media sosial.

4. Memilah konten atau berita yang didapat. 

Kita sebagai masyarakat yang pandai tentu harus memilah konten agar kita tidak terpengaruh akan berita yang di dapat. Diskusikan konten atau berita yang sekiranya menimbulkan pertanyaan dengan orang terdekat.

5. Menjaga sikap rasional

Selain harus pandai dalam memilah berita yang didapat, kita juga harus belajar berpikir terbuka dalam melihat komentar dari berbagai pihak di media sosial. Karena kita melihat komentar yang dangkal pemikirannya dan mana yang penalarannya bagus.

BAB III

PENUTUP 

  • Kesimpulan 

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa intoleransi adalah suatu kondisi dimana suatu kelompok seperti masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama yang secara spesifik menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang berlandaskan agama, sedangkan radikalisme adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial atau politik yang besar atau secara ekstrim. Intoleransi adalah benih dari radikalisme dan terorisme. Liputan media sosial sangat erat kaitannya dalam pembentukan citra, karena hakekat komunikasi adalah suatu proses interaksi sosial yang dirancang untuk membangun makna yang membentuk citra tersendiri. Media sosial memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi opini publik.

Media sosial menjadi akses untuk mengetahui bagaimana media sosial memberitakan tentang nilai intoleransi. Dengan adanya penyebaran berita yang tidak berimbang dan tidak adanya fakta mampu mempengaruhi masyarakat yang mudah terpancing pada isu-isu intoleransi. Media dengan perlahan memperkenalkan dan membentuk pandangan tertentu terhadap penggunanya. Penyebaran konten intoleransi dan radikalisme dilakukan secara langsung ataupun sembunyi-sembunyi menggunakan aplikasi media sosial atau pesan instan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Kemudahan dan kecepatan sarana informasi membuat media sosial semakin efektif dalam pembuatan konten radikal secara mudah. Lonjakan konten radikal di media sosial, menjadi "ancaman" serius bagi kehidupan Warga Negara Indonesia yang sangat akrab dengan media sosial. Upaya pencegahan untuk mengatasi intoleransi dan radikalisme dapat dilakukan dengan peran orang tua dalam mendidik, tokoh agama yang memberikan pemahaman akan keagamaan yang benar dan jelas, mengajak masyarakat membuat konten radikalisme positif, memilah konten yang dibaca, dan berpikiran terbuka akan berita yang didapat.

  • Saran 

Kunci untuk mengatasi terjadi intoleransi dan radikalisme adalah keberania pemerintah dalam penegakan hukum. Penyebaran pesan intoleran dan radikal dapat menciptakan kekerasan. Untuk itu, kita sebagai masyarakat berharap agar apparat dan pemerintah dapat bertindak tegas untuk meretas Tindakan intoleransi dan radikalisme. Aparat dan pemerintah juga harus membatasi ujaran kebencian yang mengarah ke diskriminasi dan kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun